Author : @deebee_vip
Cast : Han Mika, Dong yongbae
Jang hyun seung, Lee Hanna
Support Cast : Han Taeyang. Han Chaeri, Han Jay bum, Kwon Jiyong, Dongwoon
Makes me loving you part 1
Makes me loving you part 2
Hyunseung Pov :
Aku terus berjalan meninggalkan ruangan itu, rasanya aku
ingin segera pergi dari rumah ini. Aku sudah tidak sanggup lagi menerima
kenyataan ini. Bagaimana mungkin semua ini terjadi. Apa ada yang salah, namun
rasanya tidak mungkin. Semua cerita itu adalah nyata, cerita yang harus aku
terima dengan pahit. Aku sudah tidak memperdulikan teriakan mika yang
menyuruhku untuk berhenti, kakiku terus melangkah meninggalkannya. Aku sudah
tidak ingin mendengarkan penjelasannya lagi. Meskipun kata hatiku ingin sekali
untuk berbalik ke arahnya namun ternyata otakku memerintahkan lain.
Aku sudah tidak tahan, benar-benar sudah tidak tahan lagi.
Pikiranku kacau. Airmataku menetes tanpa ku sadari. Kenapa semua ini harus
terjadi tuhan. Katakan apa kesalahan yang aku perbuat sehingga kau memberikanku
cobaan seperti ini.
Author Pov :
Di sudut jalanan itu hyunseung terus mempercepat langkahnya,
dia sudah tidak peduli lagi dengan teriakan orang-orang yang memaki dirinya karena tidak sengaja
tertabrak. Jalanan itu memang cukup ramai dengan pejalan kaki, namu karena
hyunseung sudah tidak dapat berpikir dengan jernih yang bisa dia lakukan hanya
terus berjalan tanpa peduli dengan keadaan sekitarnya.
Akhirnya pertahanan hyunseung runtuh juga, dia berhenti di
tengah-engah jalan, di tengah hiruk pikuk ramainya kegiatan manusia. Hyun seung
terdiam cukup lama, dia hanaya mematung tanpa melakukan apapun. Airmatanaya
terus menetes dikedua sudut matanya. Namun tiba-tiba dia jatuh tertunduk, lekat
manatap tanah yang ada di hadapannya. Dia tidak snggup untuk melihat
orang-orang disekitarnya yang menganggap dia aneh. Hyun seung mengepalkan kedua
tangannya erat. Hatinya pebuh sesak, sehingga oksigen yang masuk kedalam
paru-parunya pun sudah tidak dapat dia rasakan sebagai mana mestinya.
“Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa” Hyun seung berteriak keras.
“kenapa, kenapa mika. Kenapa kau lakukan semua ini padaku”
Kata-kata itu reflek keuar dari mulutnya. Dan pada akhirnya
laki-laki itu menangis. Meraung mengeluarkan segala beban dan kenyataan pahit
yang baru saja diterimanya. Semuanya sudah tidak dia pedulikan lagi. Meski
tatap tanya dan tatapan aneh dari setiap pasang mata memperhatikannya. Bagi
hyunseung semuanya tidak ada. Dia merasa sedang sendiri di tempat itu.
Tangisnya masih terdengar pilu dan menyayat hati. Setelah sekian lama dia
berhenti, mengusap wajahnya dengan kedua tangannya, lalu berdiri. Tegap dan
angkuh, hyun seung kembali berjalan meninggalkan tempat itu. Berjalan menuju
halte bus terdekat. Wajahnya terlihat dingin dan matanya memerah karena tangis
dan amarahnya.
Setelah tiba di halte bus dia menghentikan sebuah taksi,
dengar kasar dia membuka pintu taksi itu dan masuk kedalamnya.
oOo
Di tempat lain, yong bae masih dengan setia dan sabar
menunggu mika. Dia tahu sebenarnya sejak tadi mika tidak tidur meskipun matanya
tertutup secara sempurna. Mudah saja bgi yong bae untuk mengetahui itu karena
memang dia sudah mempelajari tahap-tahap seseorang bisa tertidur saat masih
kuliah dahulu. Namun yongbae membiarkan mika, selain tidak tega dia tahu
bagaimana perasaan mika saat ini, karena itulah dia memilih untuk diam
saja.sejak matanya tetutup pun, air mata mika tetap mengalir di kesua sudut,
itu bukti kedua bahwa mika hanya berpura-pura tertidur.
“Mika, aku hara kamu baik-baik saja. Dan setelah ini beban
di hatimu berkurang. Aku tidak ingin melihatmu lagi. Kau tahu bagaimana
takutnya aku selama ini bukan. Ketakutan terbesarku adalah bahwa hyunseung akan
kembali dan kau akan terluka lagi. Dan hari ini semua ketakutanku itu benar-benar
terjadi. Sungguh aku sangat mencintai mu begitu juga dengan hyun mi. jadi aku
mohon tetaplah tinggal disisiku jangan pernah meninggalkanku apapun yang akan
terjadi esok.”
Yongbae membelai rambut mika pelan setelah mengucapkan
kalimat itu, sebelah tangannya menggenggam tangan mika erat. Dan yang tak
pernah dia sangka sebelumnya yongbae ikut menitikan air matanya. Dia begitu
takut akan kehilangan mika setelah kejadian ini.
“Aku mencintaimu, terlalu mencintaimu mika.” Ulang yongbae.
Suaranya terdengar serak, terlihat dengan jelas bahwa dia menahan tangisnya
agar tak terdengar oleh mika. “Meskipun
aku tahu kau belum mencintauku sepenuh hatiku. Aku terima itu asalkan kau tetap
bersamaku”. Yongbae semakin menggenggam erat tangan mika. Dia mendongakkan
kepalanya mencoba menhan agar air matanya tidak terus jatuh membasahi pipinya.
Beberapa wantu telah berlalu, namun suasana kamar itu tetap
hening. Mika menahan matanya agar tetap tertutup. Yah dia mendengar dengan
jelas semua yang di ucapkan oleh yongbae. Sebenarnya dia ingin sekali
mengatakan sesuatu tai mulutnya terkunci rapat begitu juga dengan matanya.
“Maafkan aku oppa.” Ucap mika dalam hati. “Maafkan aku, sehingga kau harus
masuk kedalam hubungan yang rumit ini. Dan maafkan aku jika belum mencintaimu
dengan sepenuh hatiku. Selama ini aku sudah mencobanya, namun hyunseung begitu
sulit untuk aku hapus dalam ingatanku”. Namun semua kalimat itu hanya mika
ucapkan dalam hatinya, dia belum mampu utnuk mengatakan secra langsung kepada
yongbae.
Dengan semua keberaniaanya, mika membuka matanya secara
perlahan. Dilihatnya yongbae menengadahkan kepalanya menghadap ke arah
langit-langit kamarnya. Mika berusaha untuk bangkit. “oppa.” Pangglkan. Yongbae
tersadar dan menolehkan wajahnya menghadap
mika. “Kau sudah bangun.” Mika hanya mengangguk menjawab pertanyaan
yongbae.
“oppa aku ingin pulang sekarang.” Pintanya.
“Apa tidak sebaiknya kita menginap disini saja untuk malam
ini, nanti setelah keadaanmu membaik kita pulang”. Tawar yongbae sambil
membelai kedua wajah mika.
Lagi mika menggeleng, dia merasa tidak nyaman jika malam ini
harus menginap di rumah orang tuanya apalagi mengetahui betapa marah kakaknya
tadi. “Tidak oppa aku ingin pulang sekarang.”
Yongbae tersenyum dan mengangguk. “Baiklah kalau itu maumu.”
Yongbae membantu mika bangun dari tempat tidurnya. Membenarkan baju mika yang
kelihatan berantakan dan memakaikan pakaian hangat.
“Kau tunggulah di bawah dan berpamitan pada ayah dan ibu,
aku ke kamar hyun mi dulu.”
Mika menggangguk dan berjalan terlebih dahulu meninggalkan
hyunseung. Hyunseung hanya bisa mendesah melihat mika. Namun dia tetap bersabar
dan berjalan mengikuti mika dari belakang dan menuju ke kamar hyun mi untuk
menyiapkan segala keperluan dan kebutuhan hyun mi.
oOo
“Ayah, ibu aku akan pulang malam ini.” Mika hanya
mengucapkan kata-kata itu tanpa menatap kedua orang tuanya. Bahkan dia tidak
duduk di kursi saat mengucapkan itu.
“Apa sebaiknya kalian tidak makan malam dahulu
bersama-sama.” Tanya ibu mika.
“Tidak ibu kami akan makan di rumah saja. Aku permisi dulu.”
Setelah itu mika meninggalkan kedua orang tuanya dan juga jay bum. Melihat
tingkah mika jay bum ingin menghentikan mika, karena menurutnya dia sudah
berperilaku tidak sopan. Namun sebelum jay bum berhasil menghentikan langkah
mika, tuan han terlebih dahulu menarik tangan jay bum. “biarkan saja, mungkin
dia butuh waktu untuk menenagkan diri. Bukankah sudah ada yongbae yang akan
menjaganya. Jadi sebaiknya kita percayakan saja semuanya kepadanya.” Kata tuan
han bijak. Jay bum hanya bisa mendesah dan kembali duduk di tempatnya semula.
Tidak lama setelah itu terlihat yongbae menggendong hyun mi
yang sudah tertidur. Pelayan seo membawakan tasnya mengikuti di belakang
yongbae. “Ayah, ibu, hyung kami pulang dulu.” Nyonya han hanya mampu menatap pilu
ke arah yongbae, dia berjalan mendekat. Mentap yongbae dengan seksama.
Tangannya meraih tangan yongbae sebelah kanan, mengusapnya dengan lembut dan
tersenyum ke arah yongbae.
“kami tahu kamu adalah pria baik. Kami juga tahu kamu adalah
lelaki yang sangat bertanggung jawab. Kami serahkan mika dan hyun mi kepamu
yongbae-ah.” Yongbae hanya bisa tersenyum sebagai jawaban dia tidak sanggup
untuk mengucapkan kata-kata apapun karena dia takut jika saja air matanya akan
jatuh lagi.
“Aku akan menjaga mereka dengan semua yang aku punya ibu.”
Setelah itu yongbae berpamitan dan segera menuju ke mobilnya yang terparkir di
depan rumah keluarga han. Yongbae membuka pintu mobil penumpang yang ada di
belakang dan menyerahkan hyun mi kepada
mika. “Dia sudah tidur mika.” Lagi-lagi mika hanya tersenyum dan menerima hyun
mi. di tamatinya wajah kecil hyun mi yang sedang tertidur. “Kau sungguh
benar-benar mirip dengan appamu hyun mi.” mika membatin. Tangan mika membelai
wajah kecil itu lembut dan mendekapnya dalam pelukan hangatnya.
Bibi seo menyerahkan tas yang dibawanya kepada yongbae.
“Hati-hati di jalan tuan.” Bibi seo membungkukkan badan lalu meninggalkan
yongbae. Dia memasukkan tas itu kedalam pintu samping kemudi. Kemudia dia
berputar dan membuka pintu kemudi dan menjalankan mobilnya meninggalkan
kediaman keluarga han.
oOo
Alunan musik menggema sangat memekakkan telinga, banyak
sekali manusia baik pria ataupun wanita yang menggoyangkan badannya di area
dance flor. Di bagian lain terdapat meja-meja yang siap menyambut pelanggan
yang datang ke tempat itu. Di salah satu meja terdapat seorang laki-laki yang
tengah meneguk minumannya dari gelas hingga habis, kepalanya terus saja
bergoyang ke kiri dan ke kanan mengikuti alunan musik yang sedang di putar.
Sesekali dia tersenyum pahit meratapi nasibnya. Di meja itu terdapat banyak
sekali botol wine yang telah kosong. Bukti bahwa pria itu sudah mabuk karena
banyak menghabiskan minuman yang beralkohol.
“Ya hallo, ada apa”. Lelaki itu menganggat panggilan
telphone dari handphonenya. “Kau dimana, kenapa tidak ada di rumah. Bukankah
kau biang akan tinggal di apartementku”.
Lelaki itu hanya tersenyum miris mendengar jawaban dari lawan bicaranya.
“Dongwoon-ah aku sakit, sakit sekali. Rasanya jantungkku
ingin pecah saat ini juga”. Dan saat itu juga air mata kembali mengalir dari
sudut mata hyun seung, dia juga nampak menekan-nekan dada sebelah kirinya
petanda dia merasakan sakit yang amat sangat pada tempat itu.
“Tunggu kau ada di mana sekarang, kenapa berisik sekali.”
Tanya dongwoon.
“Sakit dongwoon.” Hyunseung hanya mampu merintih dia tidak
mengindahkan pertanyaan dari dongwoon.
“Baiklah aku tahu kamu berada dimana sekarang, tunggu aku
disana kau jangan kemana-mana.” Seketika itu juga sambungan telephone terputus.
Lagi hyunseung menuangkan wine nya kedalam gelas yang berisi
air es. Dia sudah tidak peduli lagi berapa botol yang akan dia habiskan malam
ini. Setelah menegukkan hingga habis hyunseung kembali memejamkan matanya. Dia
mengingat bagaimana saat-saat mika tersenyum dan tertawa dengannya. Mengingat
setiap kenangan yang terlukis di dalam hatinya.
“Aku tak sanggup, aku tak sanggup tanpamu han mika. Lalu sekarang apa yang kau lakukan, kau
meninggalkanku. Bukankah lebih baik kau membunuhku saja dari pada kau
membunuhku dengan perlahan karena kepergianmu.” Gumamnya pelan dan menyenderkan
kepalanya di atas meja.
Tidak lama setelah itu muncul sesosok pria. Dia nampak
kebingungan, matanya menyelusuri setiap bagian dari tempat itu. Setiap meja dai
perhatikan dengan baik dan seksama tidak ingin melewatkan sesuatu yang luput
dari pandangannya. Setelah matanya tertuju pada satu meja di sudut ruangan itu,
matanya semakin membulat tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. Dengan
segera dia berlari ke meja itu.
“Seungie”. Panggilnya pelan. Namun hyun seung tetap tidak
merespon panggilan itu.
“Jang hyun seung.” Karena tidak mendapat respon dari hyun
seung, pria itu mengguncang bahunya pelan dan menyebutkan nama lengkapnya.
Merasa hyunseung mengenali suara yang telah memanggilnya, dia menolehkan wajahnya
ke arah pria itu.
Hyunseung menatap dia intens. Seakan pria itu tahu dengan
apa yang terjadi dengan hyunseung. Dia menarik kursi di hadapan hyunseung dan
duduk di kursi itu. Dia menatap hyunseung lekat. “Apa yang sebenarnya terjadi.”
Dia bertanya, namun hyunseung diam mengabaikannya.
Beberapa menit berlalu suasana diantara mereka berdua masih
sama-sama saling membisu tidak ada yang berbicara meskipun dalam tempat itu
suara musik menggema sangat kerasnya.
“Dia meninggalkanku woon-ah. Dia meninggalkanku seorang
diri.” Ucap hyunseung lirih.
“Siapa yang kau maksud seungie.” Dongwoon tetap bertanya
meskipun dia tahu betul siapa yang hyunseung maksud.
“Dia sudah menikah. Dan dia juga sudah mempunyai anak.
Bagaimana semua ini bisa terjadi padaku.”
Dongwoon sangat terkejut mendengar pengakuan hyunseung dia
tidak menyangka jika temannya akan mengetahui kabar itu secapatnya.
“Disini sangat sakit sekali woon-ah.” Sekali lagi hyunseung
menekan dadanya kuat dan meremasnya. Dongwoon iba melihat keadaan hyunseung
ditambah saat ini dia sedang mabuk.
“Lebih baik kita pulang saja, kita bicarakan masalah ini
besok. Kau sudah terlalu mabuk.”
Hyunseung hanya memejamkan mata mendengar ajakan dari
dongwoon, dia ingin sekali menolak namun tubuhnya sangat lemah dan entah kapan
kekuatannya hilang begitu saja.
Dia tidak melawan saat dongwoon membopong tubuhnya membantu
dia untuk berdiri dan bejalan meninggalkan tempat tersebut. Langkah hyunseung
tertatih dan sempoyongan namun dengan sigap pula dongwoon menarik dan menopang
tubuhnya saat dirasa hyun seung akan terjatuh. Dia tidak peduli lagi dengan
banyaknya pasang mata yang memperhatikan mereka berdua, toh juga banyak orang
yang terlihat sama seperti hyunseung sekarang ini.
oOo
“mika kita sudah sampai”. Yongbae mencoba membangunkan mika
yang tertidur didalam mobil selama berada diperjalanan. Dia meraih hyun mi dari
pangkuan mika. Karena merasa ada yang megganggu tidurnya mika terbangun dan
kaget karena hyun mi tidak ada di pelukannya. Dia menoleh ke arah pintu mobil
yang terbuka dan seketika itu perasaan lega hinggap, ternyata yongbae yang
membangunkannya dan membawa hyun mi.
“Kita sudah sampai kau masuklah dulu. Aku akan mengambil tas
dan mengantarkan hyun mi ke kamarnya.” Perintah yongbae dan lagi-lagi hanya
anggukan kepala yang mika berikan kepadanya. Tanpa seulas senyum dibibirnya
yang selama ini selalu dia berikan kepada yongbae.
Setibanya didalam rumah mika langsung menuju kekamarnya, dia
mengganti bajunya dan masuk kekamar mandi untuk membasuh wajahnya. Saat
memandang wajahnya sendiri didepan cermin. Mika mulai teringat dengan semua
kejagian tadi siang di rumah orang tuanya. Cukup lama dia menatap wajahnya
sendiri di depan cermin dan dia juga
melihat bahwa air matanya kembali menetes.
“Kenapa kau kembali oppa, apa alasanmu kembali dan muncul
dihadapanku. Bahkan dengan terang-terangan kau muncul di tengah-tengah
keluargaku. Tak tahukah kau akibat dari semua ulahmu itu. Lalu apa yang
seharusnya aku lakukan sekarang. Kau membuatku menjadi seorang wanita jahat
oppa.” Mika kembali menangis dan tubuhnya roboh dia bersandar di dinding sudut
kamar mandi. Dia kembali meraung dalam tangisnya. Mika tidak sanggup
membayangkan dengan apa yang akan terjadi esok. Dia membekap mulutnya sendiri
agar tangisnya tidak terdengar dari luar. Namun sia-sia karena saat itu juga
yongbae sudah membuka kamar mandi dan menyaksikan dengan matanya sendiri apa
yang tengah terjadi padanya.
Dengan berlari yongbae menghampiri mika, diraihnya tubuh
lemah mika dan di bawanya tubuh itu kedalam dekapan hangat peluknya. Dibenamkannya
kepala mika pada dada bidang yongbae, dan tangannya pun mengusap punggung mika
lembut. Mika memejamkan mata sejenak kemudian dengan kesabaran yang dia miliki
dikecupnya kening mika untuk menenangkan istrinya tersebut. Meskipun yongbae
memeluk mika dengan penuh kasih sayang namun tangis mika tidak kunjung reda
bahkan isakan mika semakin keras.
“Tenanglah mika, semua akan baik-baik saja. Aku akan terus
berada disampingmu untuk menjaga dan menuntunmu”. Kata-kata yang diucapkan
yongbae bukannya membuat mika merasa tenang dan menghentikan tangisnya namun
malah membuat dia semakin merasa bersalah dan semakin erat membekap mulutnya
sendiri.
Tak tega melihat keadaan mika yang semakin tidak karuan,
akhirnya yongbae megangkat dan membawa mika untuk istirahat di tempat tidur.
Dengan pelan diturunkannya mika ke tempat tidur itu. Yongbae ikut berbaring di
sebelah mika. Dia menarik selimut dan menutupi tubuh mereka berdua sampai ujung
dada. Di tariknya tubuh mika hingga sekarang yongbae bisa mendekap tubuh renta
itu. Yongbae sudah tidak tahu lagi apa yang harus dia lakukan untuk menenangkan
miika. Untuk saat ini mungkin dengan membiatkan mika tertidur dalam pelukannya
bisa membuat wanita itu tenang.
oOo
dongwoon sangat kesulitan membawa hyunseung untuk menuju apartment
nya. Meskipun tubuhnya kecil namun dia sangat berat. Setelah dia memasukkan ke
pin apartmentnya segera dia membawa hyunseung menuju kamarnya dan menbaringkan
tubuh hyun seung. Sejak di perjalannan tadi hyunseung tak henti-hentinya
menyebut nama mika dan meremas dadanya sendiri bahkan pria itu sering
meneteskan air matanya meskipun dia tidak menangis. Namun dongwoon tahu jika
dalam hati hyun seung sudah menangis.
Dongwoon hanya bisa menatap tubuh hyunseung iba. Dia segera
meninggalkan kamar itu untuk membiarkan hyunseung beristirahat terlebh dahulu.
Sedangkan hyunseung, apa yang terjadi pada pria itu semua tidak tahu. Dia
memang memejamkan matanya dan berhenti menyebutkan nama mika. Tapi apakah dia
tidur atau tidak tidak ada yang tahu.
Hyunseung mengerjap-ngerjapkan matanya. Dia merasakan pusing
dikepalanya. Perlahan dia membuka matanya dengan sempurna, dan sakit
dikepalannya semakin dia rasakan. Dengan berat dia menegakkan tubuhnya berusaha
untuk bangun. Setelah dia duduk sejenak, dia berdiri dan berjalan menuju dapur
untuk meneguk air putih. Yah dia merasakan kering di tenggerokannya ditambah
lagi pusing yang sekarang dirasakannnnya.
Setelah tiba di dapur dia membuka lemari es dan mengambil
botol air putih, diteguknya air itu hingga habis setengah.
“Kau sudah bangun”. Suara yang menginteruonya tindakannya
dari belakang membuat hyunseung menaruh kembali botol itu kedalam lemari es.
“Hemmmm, kau tidak kerja.” Hyunseung menatap dongwoon
sekilas dan melirik jam yang terletak di atas lemari es telah menunjukkan pukul
10 pagi.
“Tidak. Aku sengaja tidak bekerja hari ini. Kau tahu apa
alasanku bolos?” tanya dongwoon yang membuat hyunseung menyipitkan matanya.
“Kau tidak sedang merayuku kan woon-ah.” Hyunseung semakin
curiga dengan perilaku dongwoon, sedangkan yang diperhatikan sejak tadi hanya
mampu tersenyum simpul dan duduk di kursi meja makan.
“Kau belum sarapan kan, ayo kita makan. Aku sengaja
menunggumu bangun tadi. Tapi maaf di rumahku ini hanya ada roti tawar.”
Dongwoon tidak lagi menunggu jawaban dari hyunseung. Dia langsung mengambil
roti yang ada dihadapannya dan menggigitnya agar hyunseung tidak terlalu banyak
bertanya. Dan apa yang dilakukaknya memang cukup ampuh. Sekarang hyunseung ikut
duduk dihadapan dongwoon dan menikmati sarapan mereka.
“Woon-ah kau sudah tahu semua ini kan.” Hyunseung menatap
dongwoon lekat.
“Apa yang kau maksud aku tidak mengerti.” Jawab dongwoon
mencoba untuk mengelak.
“Kau jangan mengelak, jawab saja pertanyaanku.” Tuntun
hyunseung.
Dongwoon menghembuskan napasnya sejenak. “Tepat 1 bulan
lebih setelah kepergianmu dia menikah dengan dokter itu. Aku tidak tahu dengan
pasti apa yang membuatnya menikah tiba-tiba. Namun yang jelas setelah 1 minggu
kpergianmu. Mika terus saja mencarimu, bahkan setiap hari dia menelphoneku
untuk menanyakan apakah ada kabar darimu atau belum. Dia sangat frustasi karena
tidak bisa menghubungimu dan tidak lama setelah itu. Dia datang padaku sambil
menangis. Dia menyerahkan undangan pernikahannya namun setelah aku menerimanya,
dia berlari meninggalkanku tanpa meninggalkan 1 kalimatpun. Aku berusaha untuk
meghubunginya mencoba untuk mencari tahu apa alasan yang membuat dia harus
menikah secepat itu. Tapi semua itu nihil.”
Hening, itulah suasana yang ada dianatara mereka setelah
dongwoon menghentikan cerita singkatnya. Sedangkan hyunseung dia hanya
menunjukkan ekspresi datar mendengar penuturan dongwoon.
“Lalu anak itu?” tanya hyunsung lagi.
“seperti yang kau dengar dan tahu. Dia adalah hyun mi anak
mika dengan dokter itu”. Sejenak dongwoon terdiam dan menghembuskan napasnya.
“Namun aku juga mendengar jika mika melahirkan anak itu sebelum pernikahannya
memasuki bulan ke 8”. Banyak berita miring dengan kejanggalan itu tapi pihak
rumah sakit dan keluarga mika mengatakan jika mika mengalami kecelakaan, dia
terjatuh dan perdarahan sehingga bayinya lahir prematur.
Hyunseung sempat kaget dan menolehkan kepalanya menghadap
dongwoon setelah mendengar bahwa ika pernah mengalami kecelakaan. “Lalu apakah
kau tidak bertanya kepada hanna?.”
“Untuk apa aku bertanya kepadanya, bahkan kami sudah tidak
saling bertemu sejak lulus sma. Kau tahu itu dengan jelas kan”. Dongwoon
sepertinya agak emosi dan menaikkan nada bicaranya.
“ya, ya, ya aku tahu itu tapi kau tidak perlu marah dan
menaikkan nada bicaramu. Aku sekarang sudah cukup merasakan pusing dikepalaku.
Jadi jangan kau tambah lagidengan harus mendengar suaramu.
Dongwoon hanya menyeringai kecil mendengar kemarahan
nyunseung.
“Oke aku sekarang harus pergi ke kantor, jika kau ingin
keluar pake mobilku. Kuncinya ada di meja kamar. Aku pergi dulu bye”. Setelah
itu dongwoon meninggalkan hyunseung sendirian.
“yah, bukannya tadi kau bilang ingin membolos.” Teriak
hyunseung.
“aku hanya membolos sampai istirahat makan siang.” Hanya itu
yang di ucapkan dongwoon, setelah itu tidak ada suara yang terdengar lagi.
Hyunseung mencoba memikirkan semua yang telah diceritakan
oleh dongwoon. Ingin sekali dia menemui mika dan meminta penjelasan darinya,
namun disisi lain dia tidak ingin merusah rumah tangga orang lain terlebih lagi
tumah tangga orang yang sangat dia cintai. Hyunseung hanya mampu mengacak-acak
rambutnya frustasi, dan setelah itu mengusap wajahnya kasar. Dengan segera dia
berdiri dan meninggalkan meja makan bergegas ke kamar mandi untuk berendam dan
menghilangkan semua penat yang dia rasakan.
oOo
Dan sekarang disinilah dia berada di sudut café rumah sakit
tempat dokter itu bekerja. Dia tidak tahu apa yang membuatnya berada disitu
namun langkah kakinya menuntunnya hingga tiba di rumah sakit itu. Cukup lama
dia menunggu seseorang yang sudah dihubunginya sejak tadi, bahkan kopi yang
berada di cup cangkirnyapun nyaris habis. Dia mulai bosan untuk menunggu, namun
dia mencoba untuk bertahan.
“Apa kau sudah menunggu lama, maaf aku terlambat.” Sebuah
seuara membuyarkan sedikit lamunannya. Dia tersenyum dan mengulurkan tangannya
untuk berjabat tangan. Namun tidak untuk seseorang yang menyapanya, dia
terlihat enggan untuk menyambut uluran tangan itu.
“Oke, tidak masalah jika kau tidak mau menyambut uluran
tanganku. Duduklah .”
“Ada apa kau mencariku.”
Pertanyaan langsung yang tepat pada intinya membuat
laki-laki itu tersenyum simpul dan membenarkan letak duduknya dan menatap orang
yang berada di hadapannya.
--------------------------------bersambung-------------------------------------------