BigBang Song

Lalala, My girl, BigBang is Vip, This Love (Gdragon), Last farawel, Lies, Haru Haru, My Heaven, With you, Gara gara Go, Beautivul Hangover, Lets me hear your Voice, Make love, Lollipop ft 2Ne1, Lollipop 2, Sunset glows, Hot Issue, Ora Yeah, Stay, Good Person, Tell me goog Bye, Hands Up, Always, Bringing youre love, Forever with you GDTOP ft BOM, Number 1, stylist, We Belong together, Dirty Clas, Tonight, Somebody To love, What is Right, Stupit Liar, Love song, Blue, Bad Boy, Love Dust, Ain't No Fun, Fantastic Baby, Wink's (Daesung), Ego, Feeling. "Taeyang" wedding Dress, Look Only At Me, I Need A Girl, Move ft Teddy, Prayer ft Teddy, Friend ft TOP, Where U at. "Gdragon" HeartBreker, Korean dreams, Shine a Light, She is Gone. "Seungri" What can i do, Strong Baby, VViP. "Daesung " Baby dont Cry, Try To lough. "GDTOP" High High, Oh Yeah, Baby Good Nigh, Jibe Gajima, Dancing on My Own ft Pixie Lott. Monster, Bingle Bingle, Still Alive

Kamis, 06 September 2012

(Fanfiction) My Birthday Part 2 End





Author : @deebee_vip

Cast : Jang hyun seung, Han mika


Genre : Romantic


Aku memejamkan mataku cukup lama. Aku mengintip Mika dari ekor mataku yang sedang tertidur dipangkuanku saat ini. Wajahnya tetap tersenyum meskipun matanya terpejam. Tangannya menggenggam tanganku erat. Aku merasakan rasa itu kembali dalam hatiku setelah selama 2 minggu lebih aq merasakan hatiku betapa kosongnya. Yah hanya saat Mika berada didekatkulah, aku bisa merasakan bahwa mika sangat berarti untukku. Aku tidak akan membiarkan dia pergi dariku. Walaupun saat dia tidak berada di sisiku maka ruang dalam sisi hatiku akan terasa kosong.

Aku Merasakan setiap kebersamaan kami sangatlah berharga, tidak ada yang lebih berharga dari pada kehadirannya dalam hidupku. Karena itulah aku mencoba bertahan meskipun terkadang aku merasakan dia juga cukup mengganggu hidupku. Sekian lama aku merasakan kesendirian karena jauh dari orang tua. Dan karena kehadiran Mikalah hidupku jauh lebih berwarna lagi. Aku sangat berterima kasih padanya, walaupun begitu, Aku tetap merasa sepi. Aku merindukan mereka. Sekali lagi aku menghembuskan nafas beratku. Betapa aku ingin papa dan mama segera untuk kembali ke korea.

            oOo

Mika Pov

Pagi ini seperti biasanya, aku bangun cukup pagi. Hari ini adalah hari terakhir kami untuk liburan sekolah. Rencananya Kami akan jalan-jalan di taman biasanya yang sering kami kunjungi. Hyunseung menyarankan untuk membawa bekal makan siang dan dia meminta untuk aku memasak sendiri. Hufft Padahal dia tahu aku tidak bisa masak, Menyebalkan sekali. Karena itulah sekarang aku ada disisni, didapur dengan di bantu ibu untuk menyiapkan bekal tersebut. Ibu sesekali tersenyum kearahku karena melihat perubahan yang aku alami. Aku hanya bisa membalas senyuman ibu dengan wajah memerah. Ah jika saha Bum oppa tahu perubahanku pasti dia akan menertawakanku habis-habisan "ih menyebalkan", gerutuku dalam hati.

Sekarang bekal itu sudah selesai aku siapakan, aku tersenyum dalam hati melihat satu ranjang bekal yang terletak di atas meja. Sesekali aku menoleh pada arloji yanng aku pakai di lengan kananku. Sudah 15 memit dari jam yang dia janjikan untuk menjemputku. Tapi sampai sekarang dia belum juga menunjukkan batang hidungnya. "Hufft, selalu saja begini. Terlambat datang, sampai kapan dia akan menjadi seorang yang bisa tepat waktu". Tiba-tiba handphone ku bergetar, dengan perasaan senang dan senyum yang terlukis di bibirku aku membuka pesan yang ada di handphone tersebut.

"Aku di depan sekarang cepatlah keluar"

Itulah pesan yang tertera dalam layar handphoneku. "Ibu aku berangkat dulu. Oppa sudah menungguku di depan". Aku berpamitan dengan ibu tetap dengan senyum yang masih mengembangn di bibirku.

"Hati-hati, dan jangan pulang terlalu malam". Sekiranya itulah yang aku dengar dari ibu saat aku berjalan menjauh darinya.

oOo

"Hari ini kita akan pergi kemana". Tanyaku setelah duduk di dalam mobil yang di bawanya. Sejenak aku menoleh ke arahnya untuk mendengar jawaban.

"Sungai han. Kita sudah lama bukan tidak pergi ke tempat itu. Aku ingin menghabiskan hari ini denganmu disana. Bagaimana?". Jawabnya menoleh padaku juga. Dan tetap sama seperti kencan-kencan kami sebelumnya tidak ada senyum yang terlukis di wajahnya. Terkadang aku berfikir apa benar laki-laki ini mencintaiku edngan sungguh-sungguh, Karena jarang sekali aku melihatnya tersenyum saat berdua denganku. Dan terkadang wajah dinginnyalah yang selalu aku temui sepanjang hari saat kencan. Yah memang mungkin aku harus sedikit bersabar dengan segala macam bentuk keanehan yang ada pada dirinya itu. Namun terkadang aku juga mengiunginkan dia untuk dapat tersenyum padaku sepanjang waktu yang kami lalui bersama. Tapi anehnya saat kami8 berada di tengah-tengah teman yang sedanng berkumpul, Dia sangat banyak menunjukkan senyumnya itu. Sebenarnya Jati diri seperti apa yangn ada pada seorang Jang hyun seung bahkan sampai sekarang aku belum sepernuhnya mengerti tentang dia.

Hyun seung keluar dari mobil audi berwarna putih itu. Sejenak dia menghirup udara yang bebas untuk merasakan betapa indahnya pagi yang akan dia lewati. Dia tersadar dari lamunan sejenaknya, kemudia dia berputar ke arah sampang kemudi mobilnya, membukakan pintu itu dan mika keluar dengan senyum yang mengembang di wajahnya. Hyun seung hanya menatap mika dari atap sampai bawah, Heran karena diperhatikan intens oleh hyun seung seketika mika berpaling untuk tidak menatapnya, dan kembali masuk kedalam mobil untuk mengambil bekal yang telah dia siapkan sebelumnya.

"Sini, biar aku yang bawa".  Hyun seung menarik keranjang makanan yang ada di tangan mika, membawanya dan berjalan terlebih dahulu tanpa mengatakan apapun lagi. Mengerti dengan tingkah hyun seung yang tidak akan pernah bicara untuk mengajaknya berjalan seiringan bahkan menggandeng tangan mika pun tidak. Sejenak mika menghembuskan napas pelan karena itu, dan berjalan mengikuti lelaki itu di belakang tidak jauh hanya terpaut jarak 1 meter.

Setelah mereka berjalan cukup jauh dan menemukan tempat yang cocok untuk duduk, Hyun seungpun berhenti. "Disini lebih baik, Duduklah". Perintahnya kepada mika.

"Aishh, kau selalu saja seperti itu". Mika duduk di sebelah hyunseung dengan wajah di tekuk. "Apa kau akan selalu saja seperti ini. Tidak mau menggandeng tanganku saat berjalan. Bahkan jika aku tidak mengikutimu berjalan dengan cepat, mungkin kau akan meninggalkanku.". gerutu mika.

"Kenapa aku harus melakukan itu!!!. Bukankah memang kita selama ini selalu seperti itu, ada apa kau memintaku untuk menggandeng tanganmu.". Jawab hyunseung dingin.

Mika hanya melirik hyunseung sekilah dan menghembuskan napas berat. "Bukan apa-apa, Lupakan saja". Jawab mika akhirnya.

Waktu bejalan dengan sangat cepat bagi mereka, menghabiskan hari dengan hanya berdua di tepi sungai han. Keduanya hanya saling melempar senyum masing-masing walaupun mika sering merasa kesal karena hyunsung sangat pelit untuk tersenyum. Namun di balik wajah dingin hyunseung, Dia sama sekali tidak melepaskan tatapannya dari wajah mika. Dan saat mika menyadari bahwa hyunseung selalu saja memperhatikannya, sontak dia akan menoleh untuk menghindari tatapan tajam hyunseung.

Hari menjelang sore. Hyunseung memutuskan untuk mengajak mika pulang. Setelah sampai di kediaman mika, dia tidak langsung pulang. Lelaki itu terlebih dahulu menemui kedua orang tua mika. Walau hanya untuk sekedar basa-basi. Namun itu penting untuk hyun seung karena semua itu adalah bentuk sopan santun yang harus dia lakukan.Mereka Berempat asyik bercanda dan saling menceritakan kisah masing-masing di ruang tamu rumah keluarga mika. Memang lebih banyak Ibu mika yang menceritakan kisah masa kecil mika, Atau Ayah Mika yang menceritakan kisah hubungannya dengan ibu mika sebelum menikah. Dan setelah di rasa cukup untuk hyunseung, selain itu memang sudah waktunya pulang. Dai berpamitan untuk pulang.

oOo

Setelah sekian lama aku merenungi apa yang sebenarnya terjadi dalam
hubungan ini. Aku cukup mengerti dan paham jika, tanpa adanya dia maka
hariku akan semakin sepi. Setiap malam wajahnya selalu saja terbayang
dalam benakku,sulit sekali untuk menghapusnya. Senyuman itu masih
teringat dengan jelas. Bagaimana ekspresi wajahnya ketika tertawa,
tersenyum, marah, bahkan menangis sekalipun. Sekali lagi aku
memikirkannya, memikirkan gadis itu. Han mika kenapa kau begitu
menjadi candu dalam hidupku, kau selalu kubutuhkan setiap saat.
Walaupun sekarang memang ku akui merasa bosan denganmu. Tapi fakta
lain yang benar-benar baru ku sadari sekarang adalah aku tidak bisa
lepas darimu.



Aku pandangi sekali lagi sebuah bingkai yang terletak di meja dekat
tempat tidurku. Ku raih bingkai tersebut, lama kupandangi gambar yang
ada di dalam bingkai itu. Poto saat anivesary pertama kami. Mika
nampak tersenyum ke arahku, dan aku hanya mampu memandang kearah
kamera. Saat-saat seperti inilah yang selalu aku rindukan bila bersama
dengannya. Dia tidak akan pernah berhenti tersenyum sekalipun aku
hanya diam di sampingnya. Betapa aku sangat mencintai gadis ini.
Sekali lagi pandanganku tertuju pada bingkai tersebut. Banyak sekali
pikiran yang berterbangan dalam otakku. "Aku sunggu merindukanmu Han
Mika", gumanku pelan.

Kuraih handphone yang tergelatak sejak tadi di samping bantal tempatku
berbarin. Cukup lama aku memandangi barang tersebut. Sampai
sekarangpun aku masih berfikir apa perlu menghubunginya. Aku hanya
mampu mendesah pelan mengingat semuanya. Jika dalam 1 bulan terakhir
ini hubunganku dengannya tidak bisa dikatakan baik-baik saja.

Aku masih mempertimbangkan apa yang sebaiknya dilakukan. Handphone itu
tetap setia dalam genggamanku, aku masih ragu harus mengiriminya pesan
atau harus menelfonnya. Ku edarkan pandanganku ke seisi kamar ini,
masih sama. Namun aku merasakan kosong dalam hatiku. Lagi ku pandangi
langit-langit kamarku. Huft rasanya lelah sangat lelah. "mungkin
sebaiknya memang aku mengirimkan pesan untuknya".

"Apa yang kau lakukan".

"Tidak ada, hanya membaca buku. Ada apa?"

"Tidak, hanya ingin tahu apa yang sedang kau lakukan saja".

"Tumben!!!"

"Kenapa, bukannya kau juga sedang menunggu pesan dariku!!"

"aihs...apa yang kau katakan, selalu saja membual. Apa hanya itu yang
bisa kau katakan".

"Aku akan keluar dengan dongwoon. Jangan membaca sampai larut. Sampai
ketemu besok. Love you"

"ya. Love you too"

Mika Pov

Semua berjalan sesuai dengan keinginanku. Tapi ada yang lain di dirinya. entahlah aku tidak tahu pasti itu apa. Hanya saja aku melihat ada yang berbeda dari dirinya. setiap aku bertanya apa ada sesuatu yang ingin dia katakan, maka dia hanya menjawab dengan tidak. Aku benar-benar bingung dan tidak tahu lagi apa yang harus aku lakukan. Dan setiap kali ku ajak dia untuk makan siang bersama saat istirahat maka hanya menunjukkan wajah lesu, dan itu semakin membuatku muak. Lama-lama aku merasa bosan dengan keadaan yang seperti ini terus.

Seperti Biasa Hari ini dia menjemputku untuk berangkat ke sekolah bersama-sama. Memang tidak menjemput di rumahku, dia hanya menungguku di Halte bus tenpat pemberhentian bus yang aku tumpangi. Dia hanya tersenyum tipis dan menghampiriku. Meminta tasku untuk dia bawakan. "Selamat pagi". Ucapku. "Selamat pagi". Dia hanya membalas singkat dengan masih senyum tipis di bibirnya. Setelah itu dia berjalan di depanku tanpa mengatakan apa-apa lagi. Sebenarnya apa yang ada didalam benakknya kenapa semakin hari sikapnya semakin aneh saja. aku menghembuskan napas beratku. Lama aku mengamatinya, nyaris tidak ada yang berubah dari segi fisiknya tapi yang aku rasa, jiwanya agak tergantikan dengan orang lain.

"Apa kau akan terus saja disitu, kita sudah hampir terlambat". dia berbalik dan memaksaku untuk sesegera ungkin mengikutinya dari belakang karena waktu memang sudah sangat siang. Aku sedikit berlari untuk mensejajarkan langkangku dengannya. "Apa kau sudah makan". Aku mencoba untuk membuka percakapan dengannya untuk membunuh waktu perjalanan ke sekolah kami yang memang memakan waktu 10 menit.

"Sudah". Jawabnya singkat tanpa menoleh kepadaku.

"Ada apa sih denganmu oppa!!! Kenapa akhir-akhir ini kau aneh sekali". Tanyaku dengan wajah cemberut.

Dia berhenti sejenak dan menoleh ke arahku. "Tidak apa-apa, aku hanya lelah saja. Memang ada apa".
Jawabnya lagi.

"Tidak ada apa-apa, aku hanya merasa kau sangat aneh?".

"Nanti sehabis pulanng sekolah kau ada acara tidak". Dia bertanya dengan pandangan lurus ke depan.

"Tidak, memangnya kau mau mengajakku kemana nanti".  Jawabku ketus.

"Hanya jalan-jalan itu kalau kau mau".

"Cieh". Aku mencibir pelan. "Iya aku mau". Jawabku singkat.

"Baiklah aku tunggu nanti kau di depan kelas. Dan oh ya nanti istirahat aku tidak bisa menemanimu makan siang. Aku harus ke ruang musik. Kalau kau mau, kau bisa menemuiku disana"

Aku tidak menjawab pertanyaannya. Aku hanya menganggukkan kepala sedikit sebagai jawabanku untuknya. Aku yakin dia melihat itu karena dia sempat menoleh ke arahku sejenak.

oOo

Sore itu banyak sekali siswa siswi yang keluar dari gerbang sebuah sekolah menengah. Mereka asyik berjalan dan saling bercerita tentang hari yang di lalui di sekolah hari ini. Di antara ratusan siswa yang keluar dari gerbang itu ada sepasang siswa yang berjalan beriringan namun tidak ada komunikasi diantara mereka. Laki-laki itu Hyunseung berjalan agak sedikit di depan mika.Meskipun hyunseung hanya diam saja namun terlihat sekali dia sangat bahagia. Berbeda dengan mika wajahnya menggambarkan berbagai pertanyaan  yang belum dia dapatkan samapai saat ini.

"Kita ke taman". Ajak hyunseung.

"Iya". Lagi mika menjawab dengan singkat.

Sore ini jam menunjukkan pukul 16.30. Untuk ukuran sebuah taman pada jam-jam ini memangn belum cukup ramai untuk pengunjung. Hyun seung nampak melihat-lihat sekelilingnya mencari sebuah bangku kosong yang bisa dia gunakan untuk beristirahat dengan mika atau hanya sekedar duduk-duduk saja.

"Kau duduklah di bangku itu aku akan mencari minuman dulu". Tunjuk hyunseung pada sebuah bangku yang terletak di paling ujung taman dekat ayunan taman itu.

Mika hanya mengangguk dan segera menuju ke bangku yang telah di tunjuk hyunseung tadi.

15 menit telah berlalu. Nampak hyunseung yang berjalan mendekat ke arah mika dengan dua kaleng minuman dingin di genggamannya.

"Minumlah dulu".

Mika meraih kaleng yang diberikan oleh hyunseung kepadanya.

Suasana hening menyelimuti mereka berdua. Tanpa satu katapun yang keluar dari mulut masing-masing untuk memulai pembicaraan. ssesekali terdengnar hun seung menghembuskan napas beratnya. Mika mulai bosa n dengnan situasi seperti ini. Bukankah tadi lelaki ini yang mengajakknya kesini, akan tetapi sampai sekarang mereka belum juga membicarakan satu hal pun.

Mika hendak beranjak dari duduknya, namun niat itu dia urungkan karena mendnegar suara hyun seung.

"Aku bosan". itulah yang lelaki itu ucapkan.

Sesaat setelah wanita itu duduk kembali diposisi semua, dia hanya diam mencerna apa yang berusan dikatakan oleh pacarnya tersebut. Cukup lama dia terdiam karena ucapan yang tiba-tiba dan langsung pada pokok bahasan itu.

"Jadi itu yang membuatmu berubah sikap akhir-akhir ini". Tanya mika menatap ke arah hyun seung.

Laki-laki itu masih diam membisu enggan menjawab pertanyaan mika. Seakan mulutnya terkunci rapat, dia belum juga menjawab.

"Katakan oppa.:. Tanya mika sekali lagi.

"Aku hanya merasa bosan dengan hubungan ini, Tapi tidak denganmu.". Hyunseung menjawab dan langsung menatap mika tepat di manik mata wanita tersebut.

"Hah... Bukankah itu sama saja. Bagi seorang laki-laki kata bosan adalah sama saja. Aku mengerti". Seketika itu juga mika menoleh membuang muka dari hadapan hyun seung.

"Jika kau tanya masihkah angan dan harapku ada padamu. Maka jawannya adalah iya. Lali jika kau tanyakan apakah aku masih mencintaimu. Untuk sekarang jawabannya iya". Hyunseung berbicara dan menarik lengan mika agar wanita itu maus ekali lagi menghadap ke arahnya.

"Aku tak mengerti, sama sekali tidak mengerti dengan yang kau katakan. Sesaat kau membuatku terhempas ke jurang namun detik itu juga kau akan membuatku terbang ke awan. Dan di waktu yag sama kau membuah hatiku berbungan-bungan, namun kau juga menorehkan luka di hati ini.". Jawab mik sarkartis.

"Bukankah kau bertanya apa yang sedang terjadi padaku. Dan itulah jawaban atas pertanyaanmu". lagi laki-laki itu menjawab dengan angkuhnya dan tetap menatap tetap di manik mata mika.

Untuk sejenak mereka hanya saling pandang. Hanya saling pandang, tidak ada kata-kata yang terucap.

"Baiklah, aku mengerti. Lalu apa maumu sekarang".

"Aku minta waktu sendiri. Paling tidak 1 minggu biarkan aku sendiri dahulu.". hyunseung menjawab pertanyaan mika dengan pandangan yang berpaling dan menatap ke arah langit.

Mika menghembuskan napas sejenak. "Baiklah, akan aku penuhi permohonanmu. Namun jangan salahkan aku jika selama 1 minggu itu maka perasaanku padamu sudah tak sama lagi". Jawab mika dan berdiri untuk meninggalkan hyun seung.

"Aku mohon bertahanlah. Ini buykan sebuah permintaan namun sebuah perintah" Hyun seung menarik lengan kiri mika yang saat itu dalam posisi berdiri.

Mika masih bungkam tidak menjawab. "Aku pulang dulu". Jawabnya kemudian dan berjalan ke arah yang berlawanan dari hyunsung berdiri. Wanita itu terus berjalan tanpa menoleh sedikitpun ke arah hyun seung.

"Apapun yang kau rsakan selama 1 minggu itu akan ku pastikan kau akan tetap berada di sisisku". Teriak hyunseung namun masih tidak di hiraukannya semua itu oleh mika.

oOo

Waktu 1 minggu berlalu sedemikian cepat namun bagi mika dan hyun seung waktu  1 minggu bagaikan 1 tahun. Selama 1 minggu itu pula tidak ada percakapan, makan siang, berangkat atau pulang sekolah bersama. Yang mereka lakukan hanya sekedar mengirimkan pesan singkat hanya suntuk menanyakan kaeadaan mereka masing-masing. Bahkan jika suatu ketika mereka bertemu di sekolah, mereka memilih untuk menghindar atau tidak saling menyapa. Dan itu sangat membuat Dongwoon sahabat dekat hyun seung kawatir dan cemas. Sesekali dongwoon bertanya apa yang sebenarnya terjadi diantara mereka berdua. Namun hyunh seung memilih untuk diam membisu tidak memberitahukan keadaan yang sebenarnya terjadi.

Tidak berbeda jauh dengan hyun seung wanita itu, Mika sama sekali tidak peduli dengannya. Sebenarnya dalam hati kecilnya, mika sangat mengkhawatirkan hyunseung. Namun egonya lebih mendominasi dari pada perasaannya. Mika kehilangan semangat belajarnya di sekolah namun semua itu masih bisa dia tutupi.

Mika POV

"Besok adalah hari ke 8 setelah kejadian itu". Mika berkata pelan. Aku mendesah lagi. entah ini sudah yang ke berapa kalinya aku sendiri tidak tahu. Ku amati sebuah kotak yang tergeletak di atas meja belajarku. Masih tetap ku amati kotak itu. Ingin sekali rasanya aku meraih kotak tersebut namun ada perasaan lain yang mengganjal di hatiku.

"Besok Hari ulang tahunnya. Dan sekarang sudah jam 10 malam. Apakah masih perlu nanti aku untuk menelponnya. haishhh rasanya tidak perlu, dia juga belum tentu masih terjaga jam segitu". Aku mengusap-ngusap wajahku kasar dan gusar. "Oh tuhan aku sudah tidak bisa berfikir lagi". gerutuku.

Akhirnya dengan perasaan setengah hati, ku hampiri kotak tersebut. Kutarik kursi yang ada di sebelah meja tersebut dan duduk di situ. Masih saja ku amatai kotak itu. Kotak dengan panjang 10cm dan lebar 8cm terbungkus dalam kertas kado berwarna biru motif kupu-kupu. Aku sendiri tidak tahu kenapa memilih motif kupu-kupu padahal diakan laki-laki. Ku letakkan kepalaku di atas meja. lalu kepala itu ku sangga dengan tanganku sendiri.

"Aku tidak peduli, besok au akan menemuinya". Kataku dalam hati.

oOo

Dan ternyata inilah akhir dari penantian jawaban yang selama ini Hyunseung cari. Meskipun lelaki itu merasa bosan dengan hubungannya dengan mika. Namun dia tidak sanggup untuk jauh dari wanita itu. Dia masih belum siap untuk merasa sendiri. Dia sadar bahwa memang mikalah napas dalam hidupnya. MIkalah darah yang mengalir dalam setiap pembuluh darahnya. Namun meskipun lelaki itu menyadari betapa pentingnya mika, sampai saat ini dia belum mau untuk menghubungi mika. Jawabannya cukup sederhana. Bahwa laki-laki itu malu untuk mengakui bahwa hidupnya tak berarti tanpa mika.

Dia masih berada di kamarnya. Hari ini adalah hari ulang tahunnya. sejam yang lalu ke dua orang tuanya memberikan ucapan selamat dan mengirimkan sebuah kado. Tidak tanggung-tanggung hadiah yang dia terima kali ini adalah mobil audi berwarna putih. Sebenarnya semua itu tidak perlu karena mobil yang ada saat ini saja masih jarang dia gunakan. Apalagi kedua orang tuanya sangat jarang berada di rumah. Namun hyun seung tidak bisa menolak karena mobil itu sejak pagi tadi sudah terparkir di halaman rumahnya sebelum dia berangkat ke sekolah.

Tiba-tiba handphone meneriakkan sebuah ringtone tanda ada panggilan masuk.

Hyun seung nampak terkejut melihat nama yang tertera dalam layar handphonenya, baru saja dia memikirkannya.

"Yah, hallo".

"Kau dimana oppa".

"Dirumah, ada apa".

"Bisakah kau keluar sebentar, aku ingin bertemu".

"Memangnya ada apa".

"Ada yang ingin aku sampaikan, jika kau sibuk aku akan menunggumu".

"Memangnya sekarang kau dimana".

"Ditaman dekat rumahmu".

"Baiklah tunggu sebentar, aku akan segera kesana".

"Baik aku tunggu".

"oya kau ke sana dengan siapa".

"Sendiri, tadi aku naik taksi".

"Baik aku akan membawa mobil. Tungg 10 menit lagi"




Hyun seung langsung mematikan hubungan telephone tersebut dan langsung berlari keluar kamar. dia menyambar kunci yang tergeletak di atas meja dekat ruang tamu. Tidak sampai 10 menit hyunseung sudah sampai di taman di dekat rumah yang mika maksud tadi. Dia menepikan mobilnya dan langsung membuka pintu mobil menutupnya dengan sangat tergesa-gesa. Dia langsung berlari mencari sosok mika. Bukan apa-apa ini sudah malam meskipun taman itu di terangi oleh lampu hyun seung harus menajamkan penglihatannya untuk mencari dimana keberadaan mika.

Setelah dia menemukan keberadaan mika, langsung saja hyunseung berlari ke arah tempat mika. Setelah jarak anatara dirinya dan mika mencapai kurang dari 10 meter. Hyunseung berhenti berlari dan mengatur napasnya yang naik-turun karena berlari dan hati yang berdebar-debar.

"Apa kau sudah lama menunggu". Tanyanya setelah sampau di tempat mika dan mengampil posisi di sebelah kanan mika. Duduk dan menatap wanita itu dengan intens. Ada sirat kerinduan dalam mata laki-laki itu namun sejak tadi ditahannya untuk tidak mengucapkan kalimat itu dan untuk tidak memeluh mika dalah rengkuhannya.

"Tidak". Jawab mika singkat dan menatap hyun seung sesaat.

"Ada apa" Tanya hyun seung.

Mika tidak menjawab pertanyaan itu. dia membuka tas yang di bawanya dan mengambil sesuatu didalam tas tersebut. Sebuah kotak kecil kini telah berada di tangannya. Sesat mika memandang hyun seung dan tersenyum. "Selamat ulang tahun oppa, maaf telat mengucapkannya dan baru bisa memberikan ini sekarang.". Kotak tersebut dia serahkan kepada hyun seung. Karena lelaki itu tidak merespon di tariknya tangan kiri dan diletakkan kotak tersebut di genggaman tangan hyun seung.

Mika  tersentak kaget setelah secara tiba-tiba hyun seung menariknya dalam dekapannya. Wanita itu tidak bisa berkata apa-apa karena kejadian itu terjadi dengan tiba-tiba. "Aku merindukanmu, sangat merindukanmu Han mika". Kata hyun seung lirih dan memejamkan mata menikmati aroma tubuh mika dalam dekapannya.

Mika berusaha untuk melepaskan pelukan itu namun hyun seung semakin erat memelukknya. Yang bisa dia lakukan sekarang adalah diam menunggu lelaki itu yang melepaskan pelukannya.

"Aku merindukanmu sangat Mika". Ulang hyun seung mengucapkan kata yang telah keluar dari mulutnya tadi.

"Aku tahu". Jawab mika dan melepaskan hyun seung kali ini dia tidak menahannya. Mereka berdua berhadapan dan bertatapan sejenak.

"Lalu". Tanya hyun seung menyipitkan matanya.

"Bukankah kau sendiri yang meminta wantu untuk menyendiri dan kau sendiri pula yang mengatakan bila bosan dengan hubungan ini. Jadi walaupun aku tahu kau sangat merindukankku..". Mika menggantung kalimatnya dan mengangkat kedua bahunya.." Aku tidak tahu, jadi yang kulakukan adalah menuruti permintaanmu dan membiarkan waktu yang menjawabnya".

"Jadi kau menyalahkanku sekarang".

"Aku tidak menyalahkanmu, bukankah memang ini semua maumu lalu kenapa kau keberatan".

"Aku tidak akan mengatakan panjang kali lebar yang bisa aku katakan saat ini adalah aku merindukanmu bahkan sangat merindukanmu. Selain itu aku sangat mencintaimu, dan tidak akan membiarkan kau pergi dari sisiku". Jawab hyun seung dan menarik mika lagi kedalam pelukannya.

"Ciehhh, Kau egois sekali Tuan jang berbuat sesuka hatimu bahkan kau tidak bertanya apa yang ku rasakan selama ini atas semua sikapmu." Jawab mika ketus.

"Aku tahu apa yang kau rasakan dan aku juga tahu apa yang kau pikirkan jadi aku tidak perlu lagi bertanya padamu". Hyun seung melepas pelukannya dan menatap mika lagi tepat ke dalam manik mata mika. Perlahan namun pasti hyun seung mnggerakkan kepalanya ke arah mika. Dan saat ini hangat napas hyun seung sangat jelas bisa dia rasakan. tidak kurang dari 5 detik bibir manis itu sudah menempel di bibir mika. cukup singkat kecupan itu.

"Liat bahkan kau tidak menolah untuk ku cium berarti jawaban yang selama ini kupikirkan sama dan benar". Hyun seung terseyum dan mengedipkan satu matanya.

"Yahhh, Kenapa kau senang sekali mengerjaiku". Mika menjitak kepala hyun seung yang bisa di raihnya.

"Karena kau sangat manis saat marah seperti ini". Jawab hyun seung dengan tawa yang meledah.

Di malam itu, di sebuah taman di saksikan oleh gelapnya malam mika dan Hyun seung kembali menemukan setengah hati yang selama ini mereka ragukan.

------------------------------Fin--------------------------------