Author : @deebee_vip
Cast : Han Mika, Dong yongbae
Jang hyun seung, Lee Hanna
Support Cast : Han Taeyang. Han Chaeri, Han Jay bum, Kwon Jiyong, Dongwoon
Makes me loving you part 1
Cast : Han Mika, Dong yongbae
Jang hyun seung, Lee Hanna
Support Cast : Han Taeyang. Han Chaeri, Han Jay bum, Kwon Jiyong, Dongwoon
Makes me loving you part 1
Pagi ini aku terbangun lebih awal, aku tidak
mungkin membiarkan yongbae oppa untuk bangun terlebih dahulu. Aku menatap wajah
terlelapnya. Sungguh lekuk wajah yang sangat sempurna. Aku terus tersenyum
menatap wajah itu. Mulai saat ini dengan dirinyalah akan kujalani kehidupan
yang baru. Lalu bagaimana dengan perasaanku, jujur saya sampai saat inipun aku
masih memikirkan hyunseung oppa. Aku tidak bisa begitu saja melupakannya.
Tanpa terasa airmata ini menetes kembali, dengan cepat segera aku menghapusnya. Tidak mungkin aku terlalu lama
untuk terpuruk dalam kesedihan ini bukan. Aku bangun dari tempat tidur ini,
segera saja aku bergegas kekamar mandi. Aku harus segera memasak untuk sarapan
pagi kami.
30 menit aku berada didalam kamar mandi, dan
akhirnya aku putuskan untuk keluar. Betapa terkejutnya aku tidak melihat sosok
tubuh laki-laki itu. Aku bingung kemana yongbae oppa kapan dia bangun. Aku
putuskan untuk keluar kamat.
Aku tidak mendapati sosoknya diruang tengah
maupun di ruang tamu, apa mungkin oppa berada di dapur !!!
Oppa apa yang kau lakukan. Kapan kau bangun
kenapa aku tidak tahu. Tanya mika bertubi-tubi.
Yongbae hanya tersenyum mendengar pertanyaan
dari mika.
“Aku bangun 10 menit yang lalu, dan aku tidak
menemukanmu disisiku lalu aku mendengar suara gemericik air dalam kamar mandi,
dan aku tahu pasti kau sedang mandi jadi aku pikir tidak ada salahnya jika aku
menyiapkan sarapan untuk kita berdua”
Lebih baik sekarang oppa mandi saja, biar aku
yang menyiapkan sarapannya. Aku tidak mungkin membiarkan oppa memasak bukan.
Memangnya kenapa ? aku sudah terbiasa
menyiapkan makanan ku sendiri.
Tidak oppa jawab mika tegas. Bukankah kau
sendiri yang mengatakan bahwa sekarang kau adalah suamiku dan sudah menjadi
kewajibanku untuk melayanimu. Lebih baik sekarang oppa cepat mandi saja.
“Baiklah nyonya
dong mika”. yongbae menjawab pertanyaan mika dengan senyuman dan dia bergegas
kekamarnya.
"Apa makanannya sudah siap, tanya yongbae."
"Sebentar lagi oppa."
“Kau memasak apa, sepertinya sejak tadi aku
mencium bau harus dari sini. Apa kau membuat sarapan yang special untuk kita
hari ini”.
Yongbae oppa bertanya begitu gembira setibanya
di meja makan, aku tahu sebenarnya dia ingin sekali meraskan masakanku. Aku
tahu itu dari caranya berbicara dan juga mimik wajahnya yang menunjukkan rasa
penasaran. Pagi ini aku hanya membuatkan
sandwich dan secangkir susu hangat, aku harap yongbae oppa akan menyukainya.
“Sudah siap oppa, aku hanya memasak ini untuk
sarapan kita pagi ini, maaf aku tidak bisa membuatkan yang lebih”.
Kau membuat sandwich!!! bisa aku cicipi sekarang,
tanya yongbae antusias.
“Silahkan oppa. Jawab mika dengan tersenyum”.
Aku mencoba untuk mencicipi makanan yang telah
disiapkan oleh mika, rasanya tidak buruk untuk gadis seusianya. Dan yang aku
tahu segala kebutuhannya selalu terpenuhi tanpa dia harus menyiapkan semuanya
sendiri. Aku tersenyum menatap mika yang sedang menapaku seolah-olah bertanya
apakah masakan yang telah dibuatnya enak atau tidak.
“enak, hanya itu jawabanku dengan senyuman”
Sebuah senyuman terlukis dari bibir manisnya
setelah mendengar satu kata dari ku. Aku harap dia benar-benar bahagia.
“kalau begitu habiskan, kata mika antusias”
30 menit sudah kami menikmati sarapan pertama kami. Ada satu hal yang aku
katakan padanya. Aku tidak tahu apakah ini tepat atau tidak tapi aku harus
mengatakannya segera mungkin karena semua ini demi dirinya juga.
“Mika bagaimana kalau hari ini kita
memeriksakan kandungan ke dokter, bukankah lebih cepat akan lebih baik untukmu
dan juga untuk bayimu.
Aku terdiam mendengar pertanyaan dari yongbae
oppa. Dia mengajakku untuk memeriksakan kandungan ini. Apa yang harus aku
lakukan bahkan pernikahanku baru satu hari yang lalu. Apa yang akan dikatakan
semua orang jika mereka semua tahu. Dan jika ayah tahu pasti beliau akan sangat
marah padaku.
“Apa maksud oppa, kita tidk mungkin
memeriksakannya oppa, ini masih 1 bulan. Dan kemarin baru saja kita menikah.
Apa semuanya akan baik-baik saja”
Kau tahu dokter kwon jiyong kan, dia adalah
temanku dan juga seorang dokter specialis kandungan, aku bisa mengatakan
padanya untuk merahasiakan semuanya. Kau bisa tenang sekarang.
“Tidak oppa, tidak untuk sekarang. Biar saja
dulu semua seperti ini. Aku tahu kau sangat mengkhawatirkanku, jika jika kita
gegabah dalam menjalani semuanya. Tidak akan baik untuk kita semuanya”
Baiklah kalau itu maunmu. Lalu hari ini kemana
kita akan pergi. Aku tidak tahu kapan mendapatkan libur lagi selain hari ini.
Kau tahukan aku bisa saja setiap saat di hubungi oleh rumah sakit untuk datang
kapanpun jika ada keadaan darurat.
“kita bisa kerumah orangtua oppa, kebetulah
aku belum begitu mengenal mereka. Bagaimana ??”
Baiklah kalau begitu. Kau siap-siap saja
terlebih dahulu. Biar aku yang membeskan semuanya
“Tidak, aku yang akan membereskan semuanya.
Lebih baik sekarang oppa saja yang bersiap-siap”
Kau ini selalu saja membantah apa yang aku
katakan. Baiklah aku ke kamar dahulu.
Yongbae
meninggalkan ruang makan dengan senyum yang mengembang di bibirnya.
Mika POV
Tidak terasa suidah 3 bulan aku menjalani
kehidupan rumah tangga dengan yongbae oppa. Dia adalah sesosok lelaki yang bertanggung jawab dan juga selalu
ada saat aku membutuhkannya. Sampai saat ini kandunganku masih baik-baik saja.
Dokter kwon menjadi dokterku sekarang setiap bulannya aku harus kontrok untuk
memeriksakan bayi yang ada dalam perutku ini.
Hubunganku dengan yongbae oppa semakin hari
juga semakin membaik dia tidak pernah memasakkan kehendaknya padaku. Namun ada
saat-saat aku sangat membutuhkannya namun dia tidak ada disampingku. Setiap
hari waktunya hanya dihabiskan dirumah sakit bahwa tidak jarang tengah malam
oppa harus terbangun dan bergegas ke rumah sakit karena ada pasien yang dalam
keadaan kritis. Bukan itu saja bahkan setiap hari minggu tak jarang kami
menghabiskan waktu berada dirumah sakit, karena oppa harus standby disana.
Tepat 1 bulan yang lalu saat aku memeriksakan
kandunganku tanpa diduga ayah mauk keruangan dokter kwon dan itu sangat membuat
aku dan juga yongbae oppa terkejut. Dari situlah ayah tahu jika yongbae sudah
mengetahui tentang kehamilan ini sejak pertemuan di restoran itu. Ayah bersujud
dihadapan yongbae oppa. Beliau menangis dan juga meminta maaf karena telah
melibatkan oppa kedalam masalah keluarga kami. Aku tidak bisa lagi membentung
air mataku saat itu. Dan yang aku lakukan juga berlutut dihadapan yongbae oppa.
Yang membuat aku semakin menangis terharu
adalah. Saat itulah aku mendengar pengakuan cinta dari seorang malaikat bernama
Dong yongbae.
“Tolong jangan lakukan ini padaku ayah, anda
tidak berhak untuk melakukan ini semua. Aku melakukannya atas kemauanku sendiri
juga karena aku mencintai putrimu Han Mika”
Saat itu ayah semakin menangiss tersedu dan
memeluk yongbae oppa. Berkali-kali ayah mengucapkan terima kasih dan
berulang-ulang kali pula ayah mengucapkan kata maaf. Aku hanya mampu menahan
tangisku saat itu. Bahkan dokter kwon yang menyaksikan kejadian itu turut
menitikan air matanya dan tak lama setelah dia keluar dari ruangan membiarkan
kami untuk menyelesaikan masalah yang ada.
Sejak saat itu aku putuskan untuk memulai
melupakan masa laluku. Bahkan sampai saat inipun aku tidak tahu keberadaan
hyunseung dan kabarnyapun aku tidak tahu. Biarlah dia menjadi kenangan terindah
dalam hidupku yang akan menjadi memori-memori yang mampu aku jadikan cerita
kelak untuk anak-anakku. Dan sejak saat itu pula aku memutuskan untuk menerima
cinta dari yongbae oppa.
Aku masih ingat dengan jelas apa yang dia
katakan saat kami kembali dari rumah orang tuanya.
“Kau bisa memulai semuanya dari nol, jika
hatimu masis menuju kearahnya maka jangan mencoba untuk menuju ke arahku juga.
Kau harus menentukan jalan mana yang akan pilih. Tetap bertahan dengan
masalalumu atau kau menghadapi masa depanmu sekarang denganku. Aku akan
menunggumu hingga kaau benar-benar siap untuk menerima semua perasaanku dan
melupakan segalanya tentang hyunseung. Aku tidak mau kau menerimaku tetapi
sebagian hatimu masih bersamanya. Karena itu hanya akan membuat aku sakit”
Saat itu hanya
kata maaf dan terima kasih yang mampu aku katakan padanya. Aku tidak tahu
kenapa ada seorang yang berhati malaikat sepertinya. Aku sungguh berterima
kasih kepada tuhan karena telah mengirimkanku seorang sseperti yongbae oppa.
7 bulan kemudian.
Yongbae POV
Hari ini adalah hari sabtu namun pekerjaanku
masih belum selesai juga. Jadwal operasiku baru akan selesai jam 7 malam nanti.
Sebenarnya aku sudah tidak sabar untuk pulang. Karena mika bilang sudah
menyiapkan makan malam yang special untuk kami berdua.
“Maaf dokter dong, apa kau buru-buru untuk
pulang aku tahu mika sekarang pasti sedang menunggumu dirumah. Aku bisa
mengubah jadwal operasi terakhirmu dengan dokter anathyesi lain jika kau mau”.
Aku tersenyum mendengar penawaran dari suster
Lee hanna dia adalah asistenku saat operasi dilakukan ataupun saat-saat ada
pasien dalam keadaan kritis, dan juga dia adalah sahabat sejak kecil mika. Dia
adalah putri tunggal lee ahjushi sopir kepercayaan dokter han sejak dulu.
“Maaf, tidak baik untuk mengganti jadwal seenaknya saja. Aku akan
menyelesaikannya. Dan kau tenang saja suster lee mika sudah mengerti dengan
keadaan ini, jawabku dengan masih tersenyum”.
“Baiklah dokter dong aku akan menyiapkan
operasi yang selanjutnya, masih ada 3 operasi lagi kuharap kau masih tetap
bersemangat untuk melakukannya”
Aku hanya bisa
tertawa mendengar pengakuan jujur dari suster Lee. “Baiklah aku akan melakukan
semuanya dengan benar dan semangat agar aku nanti cepat bertemu dengan mika”.
Saat ini aku duduk di subuah sudut ssofa depan
tv menunggu yongbae oppa pulang. Sudah lebih dari satu jam aku menunggu oppa,
bukannya tadi dia bilang jam 8 sudah dalam perjalanan menuju rumah lalu kenapa
sampai sekarang belum juga sampai dirumah, ini sudah jam 9 malam. Aku mulai
khawatir, sms pun tidak dia balas. Telephoin juga tidak diangkatnya.
Tidak lama setelah itu terdengar bel berbunyi.
Mungkinkah itu yongbae oppa. Aku ssegera bergegas menuju ke arah pintu. Dan
betapa terkejutnya aku setelah membuka pintun dihadapanku sekarang ada 1
karangan bunga mawar merah yang sangat cantik dan oppa tersenyum dengan
manisnya menggenggam erat bunga itu.
“Maaf membuatmu menunggu terlalu lama”
Itulah kalimat yang terucap oleh bibir
manisnya. Aku tersenyum dan berlari kearah yongbae oppa, aku memeluknya dan
berkata “terima kasih sudah pulang dengan selamat”
Apa kau akan memelukku terus disini apa kau
tidak malu jika ada tetangga yang akan mengetahui semua ini, dan apa kau tidak
suka dengan bunga ini kenap kau membiarkanku menggenggamnya terlalu lama.
Cerocos yongbae.
Ehhhhh.........maafkan aku oppa terima kasih
bunganya aku sangat menyukainya. Apa oppa lelah, ayo kita masuk aku sudah
menyiapkan makan malam untuk kiita. Tapi lebih baik sekarang oppa membersihkan
diri dulu baru kita makan malam.
“Kau cerewet sekali nyonya dong mika, apa kau
sudah menyiapkan air hangat untukku”
Semua sudah aku siapkan oppa. Maka dari itu lebih
baik sekarang oppa mandi dulu. Aku membukakan jas yang dikenakannya, dan tak
lupa juga aku membuka dasi yang terlihat melilit dileheernya. “Nah sekarang
oppa bisa mandi biar aku siapkan pakaian dulu”
Yongbae oppa hanya tersenyum dan
meninggalkanku disudut kamar dan pergi ke arah kamar mandi. Aku sangat senang
dan bahagian dengan kehadirannya. Dia benar-benar tidak pernah memaksaku untuk
melakukan sesuatu yang tidak aku suka.
------------------------------------dinner skip-----------------------------------------------------------------------------
Saat in ini kami sedang berbaring di tempat
tidur memandang langi-langit atap kamar kami. Oppa dengan manjanya memeluk
pinggangku dengan erat dan menyandarkan kepalanya di pundakku. Aku rasakan
irama nafasnya yang bergerak teratur aku tahu pasti dia sangat lelah dengan
semua jadwal operasi yang ada dirumah sakit.
"Oppa apa kau bahagia, tanyaku???. Apa kau
tidak lelah dengan semua pekerjaan ini."
"Tentu saja aku lelah. Tapi dengan melihat pasiem dapat segera sembuh dan kembali dengan keluarganya. itu sungguh membuatku bahagia. Ada rasa kepuasan tersendiri dalam hati ini. Kau tahu aku sangat senang jika mereka pasien-pasien bisa mengucapkan terima kasih kepada kami." Jawabku atas pertanyaan mika.
"Kau memang hebat oppa. Pantas saja ayah selalu saja memujimu. Bahkan aku jarang sekali mendengar ayah memuji Bum Oppa seperti beliau memujimu."
"Dan seharusnya, kau bangga mempunyai suami sekeren dan sehebat aku". jawabku, yang mampu membuat kami tertawa bersama.
Mika POV
Sampai saat ini kehamilanku sudah memasuki
usia 8 bulan. Berat badan dan ukuran tubuhkupun menjadi bertambah. Aku pernah
mengeluh dengan keadaanku yang sekarang, namun dengan telaten dan sabarnya
yongbae oppa memberikan nasehat. Bahwa semua itu memang sudah layak terjadi
pada wanita yang sedang hamil.
Saat ini aku sedang berdiri sendiri di balkon
kamar kami. Kurasakan hembusan angin semilir yang menerpa wajahku sejak tadi.
Kepejamkan mataku sejenak. Sungguh betapa beruntungnya aku. Terkadang aku masih
saja teringat dengan hyunseung, bagaimana kabarnya sekarang ini. Dan jika aku
ingat tentang dia aku akan sangat menjadi pemurung. Jika boleh jujur sampai
sekarang aku masih mengharapkan hyunseung akan kembali. Namun sepertinya
harapanku sia-sia saja. Seminggu yang lalu aku bertemu dengan Dongwoon Oppa dia
adalah sahabat dekat dari hyunseung. Namun dia juga tidak mengetahui
keberadaannya. Dengan perlahan aku mencoba untuk melupakan segala sesuatu
tentang hyunseung, yah aku harus mencobanya.
Aku tersentak kaget, sat tiba-tiba ada sebuah
tangan yang melingkar diperutku/ aku menoleh dan mendapati yongbae oppa
memelukku dari belakang. Matanya terpejam dan kepalanya dia sandarkan di bahu
kananku. Aku tersenyum dan membelai kedua tangannya yang melingkar erat diperutku.
“Kau sedang memikirkan apa, kenapa lama sekali
nerdiri di balkon nanti kau bisa masuk angin:. Tanya yongbae Oppa.
Aku hanya tersenyum mendengar pertanyaan dari
dia. “Tidak ada oppa, aku hanya ingin merasakan angin yang ada disini saja”.
Jawabku bohong.
“Benarkah, bagaimana jika kita oergi keluar
dan berbelanja keperluan baby?”
Seketika itu juga aku berbalik menghadap
yongbae oppa. “Apa oppa tidak ada jadwal, kemarin aku pergi dengan hanna tapi
kerena tidak bisa membawa barang yang terlalu banyak sehingga aku hanya membeli
sedikit pakaian”. Jawabku.
“Ini hari minggu mika, dan semoga saja tidak
ada panggilan darurat dari rumah sakit. Masuklah dan siap-siap. Aku akan
menunggumu.”
Aku mengangguk dan
sebelum masuk kedalam oppa mencium keningku lembut.
Kau sudah siap ayo kita berangkat sekarang
“Baik, Oppa”
Aku membukakan pintu samping mobil untuk mika.
Dia terlihat agak gemukan sekarang dan perutnyapun terlihat besar. Terkadang
dia kesusuhan untuk berjalan. Tapi aku memberitahukan dia untuk tidak malas dan
manja. Karena semua itu juga demi dirinya. Jika dia bermalas-malasan maka itu
akan mempersulit proses persalinan. Sebaliknya dia harus banyak olahraga ringan
dan juga senan untuk ibu hamil untuk mempermudah proses persalinan,
Aku mengemudikan mobilku dengan suka cita
menuju ke sebuah pusat perbelanjaan untuk membeli barang-barang keperluan untuk
bayi kami nanti. Sesekali aku menatap Mika dari spion kaca depan. Aku lihat
senyum tak pernah lepas dari bibirnya dan sesekali pula dia akan membelai
perutnya sendiri.
Baru setengah perjalanan tiba-tiba handphoneku
berbunyi.
Aku begitu terkejut setelah mendapatkan
panggilan darurat dari suster
cha. Kenapa disaat-saat seperti ini harus ada pasien kritis. Aku
menatap mika dengan pandangan tak yakin, aku tahu dia masih ingin
menghabiskan hari liburan ini bersamaku. Tapi tugasku sebagai seorang
dokterlah yang jauh lebih penting.
"Mika, maafkan aku ada panggilan darurat dari rumah sakit. Aku tidak
bisa menemanimu belanja. Aku harus putar balik sekarang. Ada pasien
kritis dan dia membutuhkan pertolongan segera".
"Tidak apa oppa, kita masih bisa belanja bersama lain kali bukan. Aku
akan menemani oppa kerumah sakit. Tidak mungkin aku pulang, dirumah
sangat membosankan. Tapi pelan-pelan saja oppa mengemudikan mobilnya,
aku takut. Jawabku dengan bibis sedikit aku tekuk,bagaimana tidak
setelah mendapatkan telpon dari rumah sakit oppa menyetir seperti
orang kesetanan".
Aku hanya tersenyum mendengar jawaban dari mika. Dia selalu saja
seperti tidak pernah protes dengan semua jadwal dadakanku. Mungkin dia
juga sudah terbiasa sebelumnya mengingat bahwa ayah, ibu, serta
kakaknya adalah seorang dokter. Aku mulai menurunku kecepatan mobilku,
karena tidak mungkin aku membiarkan mika ketakutan dengan cara
mengemudiku.
Tidak sampai 15 menit aku sudah sampai di Mother Hospital. Aku turun
di depan pintu ugd, mengingat bahwa pasien itu kritis masih diruang
ugd. Sebelum aku membukakan pintu mobil, sudah ada petugas yang
bersiaga membukakan pintu mobil ini. Mungkin dia mengetahui ada
keadaan darurat di dalam ugd sehingga dengan sopannya dia meminta
kunci mobilku dan akan memakirkannya. Aku tersenyum kepada petugas
itu.
"oya, sebelum kau memakirkan mobil ini. Bisakah aku pinta tolong kau
antarkan istriku ke ruang tunggu, dia sedang hamil sekarang"
"Baik dokter yongbae. Akan saya laksanakan."
cha. Kenapa disaat-saat seperti ini harus ada pasien kritis. Aku
menatap mika dengan pandangan tak yakin, aku tahu dia masih ingin
menghabiskan hari liburan ini bersamaku. Tapi tugasku sebagai seorang
dokterlah yang jauh lebih penting.
"Mika, maafkan aku ada panggilan darurat dari rumah sakit. Aku tidak
bisa menemanimu belanja. Aku harus putar balik sekarang. Ada pasien
kritis dan dia membutuhkan pertolongan segera".
"Tidak apa oppa, kita masih bisa belanja bersama lain kali bukan. Aku
akan menemani oppa kerumah sakit. Tidak mungkin aku pulang, dirumah
sangat membosankan. Tapi pelan-pelan saja oppa mengemudikan mobilnya,
aku takut. Jawabku dengan bibis sedikit aku tekuk,bagaimana tidak
setelah mendapatkan telpon dari rumah sakit oppa menyetir seperti
orang kesetanan".
Aku hanya tersenyum mendengar jawaban dari mika. Dia selalu saja
seperti tidak pernah protes dengan semua jadwal dadakanku. Mungkin dia
juga sudah terbiasa sebelumnya mengingat bahwa ayah, ibu, serta
kakaknya adalah seorang dokter. Aku mulai menurunku kecepatan mobilku,
karena tidak mungkin aku membiarkan mika ketakutan dengan cara
mengemudiku.
Tidak sampai 15 menit aku sudah sampai di Mother Hospital. Aku turun
di depan pintu ugd, mengingat bahwa pasien itu kritis masih diruang
ugd. Sebelum aku membukakan pintu mobil, sudah ada petugas yang
bersiaga membukakan pintu mobil ini. Mungkin dia mengetahui ada
keadaan darurat di dalam ugd sehingga dengan sopannya dia meminta
kunci mobilku dan akan memakirkannya. Aku tersenyum kepada petugas
itu.
"oya, sebelum kau memakirkan mobil ini. Bisakah aku pinta tolong kau
antarkan istriku ke ruang tunggu, dia sedang hamil sekarang"
"Baik dokter yongbae. Akan saya laksanakan."
Dengan segera aku bergegas berlari menuju
keruang ugd. Setelah membuka pintu
terluar dari ruangan ini aku sudah disambut oleh suster cha. Dengan
cekatan dan trampil suster cha membuka jas dan juga dasiku, setelah
itu aku mencuci tanganku. Tidak butuh waktu yang terlalu lama untuk
mencuci tangan, setelah itu suster cha sudah siap dengan pakaian dalam
untuk tindakan ditangannya. Kemudian pakaian itu dia kenakan
ditubuhku.
"apa semua berjalan dengan rencana bagaimana keada'an pasien itu,
tanyaku kepada suster cha"
"pasien sudah ditangani oleh tim dokter, dokter ha dan suster lee yang
memimpin tim tersebut. Semua laporan tentang pasien sudah saya
siapkan. Anda tinggal melakukan pertolongan sekaran"
terluar dari ruangan ini aku sudah disambut oleh suster cha. Dengan
cekatan dan trampil suster cha membuka jas dan juga dasiku, setelah
itu aku mencuci tanganku. Tidak butuh waktu yang terlalu lama untuk
mencuci tangan, setelah itu suster cha sudah siap dengan pakaian dalam
untuk tindakan ditangannya. Kemudian pakaian itu dia kenakan
ditubuhku.
"apa semua berjalan dengan rencana bagaimana keada'an pasien itu,
tanyaku kepada suster cha"
"pasien sudah ditangani oleh tim dokter, dokter ha dan suster lee yang
memimpin tim tersebut. Semua laporan tentang pasien sudah saya
siapkan. Anda tinggal melakukan pertolongan sekaran"
Setelah aku memakai pakaian dalam untuk
tindakan dan mencuci tanganku. Segera aku menuju ke tempat dimana sedang
dilakukan pertolongan pada pasien tersebut. Nampak olehku 1 tim yang sedang
berusaha untuk menolong pasien itu. Tidak lebih dari 9 orang sedang berusaha
untuk melakukan CPR. Di sisi sebelah kanan ada doter ha yang bersiap dengan
Defibrilasi disampingnya juga yang bertugas untuk memeriksa irama Ekg dalam
monitor. Di sisi sebelah kanan ada 5 orang yang bertugas secara bergantian
untuk melakukan pijat jantung. 1 orang lagi berdiri disamping dokter ha yang
bertugas mencatat segala kebutuhan obat-obatan saat dilakukan pertolongan. Dan
dibagian bawah passien ada 1 orang yang bertugas untuk mengatur posisi shock.
Selain itu ada satu lagi seorang yang bertugas untuk mencatat segala
pertolongan CPR dari awal sampai akhir.
Aku langsung menuju kearah suster lee. Saat
ini dia sedang memberikan bantuan pernapasan dan berdiri di atas passien.
Suster cha menghampiriku dan meemberikan sepasang handskuen untuk aku pakai. Dengan
cepat aku memberikan kedua tanganku ke arah suster cha dan dengan sigap dia
memakaikan handscuen tersebut di tanganku.
Aku langsung mengambil alih posisi suster lee
di atas pasien dekat kepala untuk memberikan bantuan pernapasan. Aku melihat ke
arah dokter ha dia nampak tegang dan juga panik.
“Berapa kali kalian sudah memberikan adrenalin
sampai saat ini, tanyaku kepada suster lee.”
“2 kali dokter, adrenalin yang terakhir kami
masukkan 1 menit yang lalu”
“Catat semua apa yang kalian lakukan termasuk
cairan dan obat-obatan yang telah diberikan, dan segera siapkan intubasi
sekarang. Perintahku kepada suster lee”.
“Sedang disiapkan dokter, jawabnya”.
“Dokter ha periksa elektroda apakah sudah terpasang
dengan benar atau belum. Cek irama Ekg dan setelah itu cek nadi karotis,
perintahku kepada dokter ha.”
“Semua elektroda terpasang dengan benar dok,
irama asistole. Dan nadi karotis tidak teraba”
“Lanjutkan memijat jantung pasien ini, aku
akan segera memasangkan intubasi”
Dengan cepat suster lee menyiapkan segala
peralatan yang diperlukan untuk pemasangan intubasi. Suster lee berikan
Orofaring tube. Aku segera memasangkan alat tersebut ke dalam mulut untuk
mencegah lidah yang jatuh kebelakang dan juga untuk membantu membuka jalan
napas. Setelah itu aku memasang alat faringoskop, tak lupa aku melepas alat
orofaring tersebut. Aku memasukkan alat tersebut melalui mulut pasien. Tak lupa
terlebih dahulu menyalakan lampu kecil yang terletak di ujung alat tersebut
agar lebih mudah untuk melihat trakea. Dan akhirnya aku temukan trakea
tersebut, aku meminta endo trakea kepada suster lee. Alat inilah yang akan
membantu pasien untuk bernapas secarta spontan walaupun pasien itu tidak bisa
bernapas secara spontan namun dengan adanya alat ini akan membantu.
Cepat sambungkan dengan jackson rees beri
aliran oksigen 8 liter 100%. Rapikan dan pantau terus irama pernapasannya. Aku
bertanya kepadas dokter ha setelah pemasangan intubasi ini irama apa yang
tergambar dalam monitor ekg.
“Fentrikel Vibrilasi dokter”
Lakukan Dc-shock sekarang. Ces dengan kekuatan
360 joule. Perintahku kepada dokter ha.
“sekarang akan dilakukan Dc-shock, aku
letakkan defib di sebelah kanan sternum dan sebelah kiri dada bagian afek.
Hentikan memberikan bantuan pernapasan sekarang. Bawah bebas, atas bebas,
samping, bebas, saya bebas”.
Semua bebas jawab kami serempak
Dan dokter ha langsung melakukan Dc-shock.
Pasien nampak seperti terlonjak saat dilakukan shock. Aku terus melihat
jalannya CPR ini. Aku melihat setiap orang sudah melaksanakan tugasnya masing-masing.
“Liat irama jantung di monitor dan raba nadi
karotisnya apakah sudah teraba atau belum. Perintahku lagi”.
“Irama Ventrikel Takikardi dok, dan nadi sudah
teraba”
“Bagus, sekarang masukkan amiodaron 150 ml.
Dan cek keadaan pasien terus menerus secara berkala, jika irama jantung sudah
normal dan pasien dapat bernafas kembali secara spontan, hentikan pijat
jantung. Dan berikan oksigen Mask 100%”. Antar pasien ke ruang icu segera
mungkin. Laporkan semua keadaan dan tindakan ini dari awal sampai akhir padaku,
aku tunggu di ruang dokter.”
Setelah selesai memberikan pertolongan aku
langsung menuju ke ruang dokter tak lupa aku melepas handscoen yang aku pakai
dan meembuangnya ke tempah sampah medis. Setelah itu aku mencuci tanganku.
Aku duduk di kursi ruang dokter sekarang
rasanya, seluruh tubuhku lemas. Padahal hal tadi belum seberapa. Namun bisa
menguras tenagaku. Aku melihat suster lee masuk kedalam ruangan ini.
“Apa yang sebenarnya terjadi pada pasien
tersebut suster lee. Kenapa sampai pada kondisi seperti ini”. Tanyaku.
“Pasien datang dalam keadaan tidak sadar
dokter. Setelah dilakukan anamnese tiba-tiba pasien tidak bernapas namun
jantung masih berdetak. Karena itulah suster cha langsung menghubungi dokter
tadi. Karena hanya Dokter yang bersiap siaga jika ada panggilan darurat pada
hari minggu.”
“Apa kau membawa laporan pasien tersebut
sekarang aku akan melihatnya. Jangan lupa untuk pemeriksaan penunjangnya:.
“Sudah saya siapkan Dokter, anda bisa
melihatnya”.
Suster Lee memberikan laporan tersebut padaku.
Mika POV
Setelah turun dari mobil yongbae oppa langsung
berlari menuju ruang UGD, aku tahu ini adalah keadaan gawat untuk pasien
terseebut. Aku menoleh ke arah samping ada satu petugas yang teersenyum padaku
dan membukakan pintu mobil.
“Silahkan nyonya Dong, saya akan mengantarkan
anda ke ruang tunggu”.
“Terima kasih paman, tapi anda tidak perlu
repot-reepot. Saya bisa melakukannya sendiri”
“Tidak nyonya ini sudah menjadi perintah
dokter yongbae jadi saya harus melaksanakannya.”
Aku hanya tersenyum mendengar penuturan jujur
petugas ini. Aku berjalan meninggalkan mobil ini terlebih dahulu di ikuti
petugas itu. Dan lihat dia langsung mengambil alih tas yang sedang aku bawa.
Betapa sigap dan bertanggung jawabnya dia. Sebenarnya aku ragu untuk
memberikannya tapi dia tersenyum dan dan mengatakan bahwa semua akan baik-naik
saja. Sehingga aku menyerahkan tas yang sedang aku bawa.
Setelah sampai di ruang tunggu. Aku mengambil
tempat duduk paling depan. Petugas itu memberikan tasku dan meninggalkanku
untuk memarkirkan mobil yongbae oppa. Setiap dokter, petugas atau suster yang
lewat pasti mereka akan menyapaku dan membungkukkan badannya. Sebenarnya aku
meresa tidak enak untuk hal yang mereka lakukan namun apa boleh buat mereka
semua tahu bahwa aku adalah putri kedua dari direktur rumah sakit ini dan juga
sekarang aku berstatus istri dari dokter dong yongbae.
Cukup lama aku menunggu disini hampir 3o menit
apa mereka sudah selesai. Aku ingin sekali melihat kedalam ruangan itu. Tapi di
atas pintu massuk ada lampu merah yang menyala yang menandakan bahwa tidak ada
yang boleh masuk. Sekarang sudah jam 1 siang. Bukankah ssudah waktunya untuk
makan siang. Lebih baik aku keluar mencari makanan untuk oppa pasti dia lelah.
Akhirnya aku memutuskan untuk meninggalkan
rumah sakit ini untuk mencari rumah makan disekitar rumah sakit. Cukup lama aku
berjalan untuk mencari rumah makan, dan akhirnya aku menemukannya. Tapi sayang
rumah makan itu berada di simpang jalan sehingga aku harus menyebrang untuk ke
tempat itu.
Karena aku terlalu semangat karena telah
menemukan tempat itu aku tidak menyadari langkahku semakit cepat dan dan ku
sadari pula aku melangkah terlalu lebar dan melebihi troroar sehingga aku
terjatuh.
Apa yang sedang terjadi kenapa aku bisa
terjatuh. Kenapa perutku terasa sakit, terang saja aku terjatuh dengan posisi
terngkurap dengan perut di bawah. Benar-benar sakit yang tidak aku bisa
jabarkan. Aku meringis menahan sakit yang ada di perutku. Aku mencoba untuk
beerdiri tapi seketika itu juga pandanganku mulai kabur. Dengan susag payah aku
mencoba untuk berdiri, baru saja aku ingin melangkahkan kakiku aku melihat
darah mengalir diantara selangkangan kakiku. Tidak, tidak mungkin. Ini tidak
boleh terjadi. Oppa tolong aku. Ayah, ibu tolong aku. Rasanya aku siudah tidak
bisa menahan semuanya. Rasa sakit yang ada bercampur dengan ketakutanku akan
keadaan kandunganku. Aku mencoba untuk terus berjalan kembali menuju rumah
sakit. Aku mohon bertahanlah sayang. Aku bicara sendiri dengan anak yang ada
dalamm kandunganku. Ku pegang perutku karena aku sudah tidak bisa menahan
kesakitan ini.
Tuhan tolong selamatkan aku dan juga anak ini,
aku mohon padamu tuhan kuatkan aku untuk segera sampai dirumah sakit. Aku sudah
tidak kuat untuk beerjalan namun aku harus tetap kuat. Seapapun yang melihatku
tolong bantu aku....
Berapa lama aku
berjalan kenapa rasa sakit ini semakin kuat aku rasakan. Sebentar lagi, ku
mohon sebentar lagi bangunan rumah sakit itu sudah terlihata olehku. Aku terus
berjalan, namun kakiku sudah tidak bisa untuk berjalan terlalu jauh lagi. Aku
tidak kuat dan pandanganku semakin kabur. Aku tidak tahu apa yang terjadi
seterusnya yang aku ingat ada satu orang yang berlari menghampiriku, setelah
itu ku rasakan semuanya gelap.
Nampak seorang petugas dari rumah sakit itu
yang sedang berjaga di depan lobi. Dia melihat seorang wanita yang berjalan
terseok-seok menuju rumah sakit. Dan baru dia sadari bahwa wanita itu adalah
nyunya Dong mika sekitaa itu juga petugas berteriak untuk suster yang berjaga
di luar UGD untuk meengambil Brangkat. Dengan segera dia berlari ke arah mika
untuk menolongnya. Dan setelah tiba ti tempat mika terbaring tidak berdaya.
Petugas itu barun menyadari bahwa mika pingsan dengan banyak darah yang keluar
dari sela-sela kakinya.
Dengan cekatat petugas itu mengangkat mika dan
berlari menuju UGD di depan UGD sudah bersiap petugas yang akan menolong mika.
Tanpa menunggu banyak waktu mika langsung dibawa ke ruang gawat darurat.
“Apa yang sedang terjadi pasien dengan kassus
apa sekarang kenapa semua terlihat panik, tanya suster cha dari ruang UGD”
“Maafkan kami suster Cha sepertinya Nyonya
Mika dalam keadaan gawat saya menemukannya dalam keadaan pingsan dan juga
banyak darah yang keluar dari selangkangannya, jawab petugas itu..”
“Apa ???? Nyonya mika cepat kau bawa masuk
dalam kamar operasi UGD, dan cepat hubungi dokter Kwon Jiyong minta dia untuk
segera datang ke rumah sakit katakan, bahwa Mika dalam keadaan gawat saat ini.”
Suster Cha langsung berlari menuju ruang
dokter. Dalam pikirannya dia harus secepatnya untuk memberitahukan keadaan mika
kepada dokter yongbae.
“Maaf sayamengganggu dokter tapi ada hal yang
penting yang harus saya katakan.”
“baiklah, katakan”
“Sekarang Nyonya mika sedang berada di Ruang
operasi UGD, dia mengalami perdarahan”
“Apa yang baru saja kau katakan, mika
perdarahan bagaimana mungkin. Kenapa kau baru memberitahukanku sekarang!!!”
Yongbae langsung berlari ke ruang itu untuk
memastikan keadaan mika. Dan betapa terkejutnya dia mendapatiu mika terbaring
tak berdaya dengan darah yang sudah mengalir terlalu banyak dari sela-sela
kakinya.
“Bagaimana keadaannya, suster Lee”
“sepertinya mika harus segera di operasi,
karena perdarahannya terlalu banyak aku takut akan terjadi sesuatu dengan bayi
yang dikandungnya.”
“Baiklah siapkan semuanya, apa kau sudah
menghubungi dokter Kwon?”
“Dokter Kwon dan dokter Oh sedang dalam
perjalani kesini”.
“Kenapa harus dokter Oh, aku bisa mendampingi
Dokter Kwon untuk melakukan operasi ini”
“Aku tidak bisa membiarkan kau mendampingi
dokter Kwon untuk melakukan Operasi Mika bagaimanapun juga kau adalah suaminya,
aku tidak yakin kau bisa melakukannya dengan benar. Aku tahu kemampuanmu tapi
akan lebih baik jika Dokter Anasthesi yang mendampingi dokter Kwon adalah
Dokter Kwon. Dan untuk sekarang lebih baik anda berada diluar dok biar kami
lebih leluasa menyiapkan untuk proses operasi ini.”
“Apa kau sekarang berusaha untuk
memerintahkanku, Suster Lee. Teriak yongbae emosi.”
“Dalam protap rumah sakit, saya berhak untuk
meengusir anda keluar karena anda bukanlah doketr yang menangani mika. Dan
dokter Kwon setuju bila Dokter Oh yang akan mendampinginya. Jadi silahkan anda
tunggu di luart sekarang.”
“Kau benar-benar. Apa kau lupa dia adalah
istriku. Apa kau tega membiarkan aku melihat dia menderita seperti itu. Kau
sahabatnya sejak kecil Suster lee”
“Saya hanya melaksanakan tugas sesuai dengan
Protab Rumah sakit. Dan saya tahu dan ingat betul bahwa anda suami dari mika,
namun dalam posisi ini anda harus menunggu mika di luar. Percayakan semua
kepada kami. Kami yang akan menolong mika.
Dengan perasaan penuh emosi dan juga
kekhawatiran akhirnya yongbae meeninggalkan ruangan tersebut dan memilih untuk
menunggu di luar.
Aku berusaha untuk tenang. Segera aku
menghubungi ayah dan ibu untuk memberi tahu keadaan mika sekarang ini. Mereka
sangat panik setelah mengetahui keadaan mika. Dan aku juga tak lupa untuk
memberitahukan ibuku. Yah bagaimanapun juga beliau harus tahu.
Aku hanya mampu duduk terdiam ddikursi
menunggu mika yang ada didalam. Dari kejauhan aku melihat Kwon jiyong dan
Dokter Oh yang berlari menuju Ruangan itu. Mereka berhenti sebentar dan meneloh
kepadaku. Aku tidak bisa menyembunyikan wajah khawaatirku. Kwon jiyong
mengangguk padaku dan tersenyum kemudian dia langsung masuk kedalam. Sedangkan
dokter Oh menghampiriku dan dengan tenang berkata “aku akan menolongnya dengan
kemampuanku juga tim yang akan mengoperasi dia, kau tenanglah dan berdoa semoga
semua lancar.” Dia tersenyum dan berbalik untuk segera menuju ruang operasi.
Aku mempercayakan semuanya nyawa mika dan juga nyawa bayi yang di kandungnya
kepada mereka. Aku hanya bisa berdoa kepada tuhan., semua dia melindungi mereka
semua.
Tak lama setelah itu ayah dan ibu datang. Ibu
sudah menangis mendengar keadaan Mika. Beliau tidak percaya kenapa semua bisa
terjadi. Dan aku hanya menunduk bersalah karena tidak bisa melindungi mika
bahkan aku sendiri tidak tahu bagaimana kejadian itu bermula. Sedangkan ayah
hanya diam memeluk ibu dan menenangkannya.
Hampir 30 menit kami menunggu proses
operasi itu. Dan tak lema setelah itu
aku melihat suster lee keluar.
“Aku akan menyampaikan keadaan mika dan juga
bayinya, bayi mika lahir dengan selamat namun karena usia kehamilannya belum
cukup dan dia terlahir dengan asfiksia sedang sehingga bayi itu harus di
incubator. Selamat Dokter anak anda perempuan. Tapib sampai saat ini dokter
Kwon danm Dokter Oh sedang berusaha untuk meenyelamatkan Mika, karena terlalu
banyak perdarahan yang dia alami keadaannya sangat lemah. Hanya itu yang bisa
saya katakan. Saya harus segera kembali ke dalam sekarang”.
“Terimaa kasih suster Lee, tolong upayakan
yang terbaik untuk anak kami.”
“Baik dokter han”
Setelah itu suster lee masuk kembali ke dalam
ruang operai. Dan ibu tak henti-hentinya menangis mendengar keadaan bayi itu
dan juga Mika. Kenapa semua ini harus terjadi tidak cukupkah penderitaan yang
di alami mika selama ini. Lagi-lagi aku hanya bisa terdiam dan menunduk lesu.
Ayah menghampiriku dan menepuk punggung kananku, beliau berkata bahwa semuanya
akan baik-baik saja.
Sudah 1 jam lebih kami menunggu namun belum
juga ada tanda-tanda apakah operasi tersebut berhasil atau tidak.
Aku semakin cemas menunggu, aku sudah hampir
masuk kedalam ruangan itu namun ayah mampu menahanku. Dan kembali aku hany bisa
pasrah.
Dan tak lama setelah itu Kwon jiyong keluar.
“Maafkan kami karena terlalu lama. Operasi
berhasil, namun kami belum bisa memastikan keadaan mika. Untuk saat ini dia
masih kritis dan akan segera kami pindahkan ke RR. Untuk sampai saat ini
keadaannya masih stabil. Dan untuk bayi mika kami sudah memindahkannya ke ruang
PICU.”
Ayah nampak
berjalan ke arah Dokter Kwon dan memeluknya serta berulang-ulanng kali
mengucapkan terima kassih. Sedangkan ibu dia menatapkan dan menghampiriku,
beliau memelukku dan mengucapkan selamat. Aku tak mampu laagi membendung air
mata yang sudah sejak tadi aku tahan.
Sudah lewat dari 3 hari setelah operasi itu
tapi mika belum juga sadar. Aku sudah tidak tahu lagi apa yang harus ku
lakukan. Setiap malam aku selalu pergi ke gereja untuk minta kepada tuhan demi
kesembuhan mika. Sedangkan keadaan bayi kami relatif stabil walaupun sekarang
dia tetap harus berada di inkubator.
Sekarang mika dirawat di ICU tidak lagi di RR.
Aku menatap wajahnya yang semakin hari semakin pucat. Bibirnya kering tubuhnya
juga terasa dingin. Aku menatap iba tubuh mika, di sekujur tubuhnya terdapat
alat-alat bantu untuk kesembuhannya. Elektroda maih terpasang ditubuhnya.
Selang infus, masker oksigen, selang kateter, NGT. Aku tidak kuat jika harus
membiarkannya seperti ini lebih lama lagi. Perlahan ku genggam tangannya yang
masih saja terasa dingin.
Aku duduk dikursi
sebelah tempat tidur dimana mika berbaring sekarang. Ku pejamkan mataku. Aku
mohon Mika bangunlah apa kau tidak inginn melihat bayi kita. Dia sangat cantik
sepertimu. Dia menunggumu. Kau haruss kuat dan juga segera bangun. Karena itu
juga akan menjadi ssumber kekuatan bayi kita.
Kenapa semua tubuhku terasa lemah sekali. Dan
juga aku merasa pegal-pegal di sekujur tubuhku. Dengan perlahan aku membuka
mataku. Dimana ini kenapa tubuhku terpasang alat-alat medis mungkinkah aku
berada di rumah sakit sekarang. Dan kenapa sebelah tanganku terasa berat.
Setelah aku berusaha untuk melihatnya ternyata yongbae oppa sedang menggenggam
tanganku dan dia tertidur dengan posisi duduk seperti itu. Apa tidak capek?
“Oppa...panggilku lirih”
“Oppa...bangunlah.” aku berusaha membangunkan
yongbae Oppa dan menggoyang-goyangkan tanganku.”
Aku terkejut mendengar bisikan yang
memanggilku oppa, serta tanganku yang bergerak-gerak. Aku bangun dan betapa
bahagianya. Aku mendapati mika sudah membuka matanya dan tersenyum ke arahku.
“Kau sudah sadar, kapan kau sadar. Apa masih
terasa sakit. Dimana kau merasakan sakit”
“Aku baik-baik saja oppa, aku baru saja
membuka mata dan mendapati oppa tidur disebelahku”. Jawabku dengan suara lemah.
“Bagaimana kamu bisa baik-baik saja kau dalam
keadaan koma selama lebih dari 3 hari mika. Dan kau tahu kau membuat kami semua
merasa khawatir. Kami takut kehilanganmu.”
“Tapi yang penting sekarang aku sudah sadar
kan Oppa” jawabku lagi dengan sedikit senyuman.
“Terima kasih kau sudah sadar mika”. Aku
tersenyum kearahnya dan juga mencium kening Mika.
Setelah beberapa hari keadaan mika semakin
membaik dan Dokter Kwon mengijinkan mika untuk meninggalkan rumah sakit. Tapi
tidak untuk bayi kami.
“oppa aku ingin melihat bayi kita.”
“Apa kau siap untuk melihatnya”. Jawabku.
“iya oppa aku sudah tidak sabar untuk
melihatnya selama lebih dari 4 hari kau tetap saja tak membiarkanku menemuinya.
Dia anakku oppa”. Jawabku dengan cenberut.
“Baiklah, nyonya mika mari saya antarkan”.
Mika POV
Aku begitu terkejut mendapati tubuh anakku di
dalam inkubator. Memang yongbae oppa mengatakan bahwa bayi kami harus di
inkubator. Namun aku tidak pernah membayangkan bahwa keadaannya seperti ini.
Rasanya aku ingin menangis melihat anakku bagaimana dia bisa seperti ini.
Disekujur tubuhnya penuh alat-alat medis sama persis saat aku dalam keadaan
koma. Aku sudah tidak bisa menahan tangisku lagi. Yongbae oppa menggenggam
tanganku erat dan berkata “kau harus kuat, maka dia juga akan kuat” aku tidak mampu
lagi mengucapkan kata-kata. Begitu menderitanya anak ini bahkan ketika pertama
kali dia dilahirkan harus menderita.
“Jika kau tidak kuat melihatnya, kita bisa
keluar dari sini.”
‘Tidak oppa. Aku ingin disini. Sudah lama aku
tidak menemaninya. Bahkan aku tidak tahu keadaannya akan seperti ini.”
“Baiklah”. Jawabku dengan tersenyum
“Oppa apa kau sudah memberikannya nama”.
“Belum, aku menunggumu sadar dan melihatnya.
Aku mau kita berdua yang memberikannya nama”.
“Hemmm............bagaimana jika Dong Hyun Mi”.
Yongbae oppa terdiam cukup lama. Apa aku
mengatakan sesuatu yang salah kenapa ekspresi wajahnya berubah dan oppa tetap
diam. Astaga aku tidak sadar bahwa hyun mi, hyun bisa berasal dari nama
hyunseung. Kenapa disaat-saat seperti ini aku bisa melakukan kesalahan. Sejak
melihat wajah anak ini pertama kali. Wajah hyunseunglah yang terlintas dalan
otakku. Matanya, hidung, dan juga bibirnya sangat mirip dengan hyunseung oppa.
Lalu apa yang harus aku lakukan sekarang. Aku sangat takut.
“Baiklah. Dong hyun mi tidak buruk untuk dia.
Dia sangat cantik, pantas jika mendapatkan nama yang cantik pula”. Jawabku
dengan senyuman. Tapi aku melihat dia sangat terkejut mendengar jawabanku tadi.
Yah aku sempat berfikir bahwa naama hyun mi ada sangkut pautnya dengan hyunseung.
Tapi aku mencoba untuk menepis pikiran itu. Dan mensetujui nama dari Mika.
1 bulan sudah hyunmi dirawat dirumah sakit dan
hari ini dai sudah boleh pulang. Aku sangat senang akhirnya kami bertiga bisa
berkumpul juga. Aku tertawa melihat tingkaah yongbae oppa, dia sangat
bersemangat menyiapkan segalanya untuk menyambut kepulangan hyun mi. Ayah dan
ibu juga dan tentu juga ibu dong. Aku harap semua ini adalah awal dari semua
kebahagiaan kami.
1 tahun kemudian
“Oppa cepatlah kita sudah hampir terlambat.
Apa kau tidak tahu hyun mi semakin hari semakin bertambah berat badannya. Aku
capek jika harus menggendongnya terus”.
“Sebentar mika, aku harus mencari bingkisan
yang akan kita berikan kepada ayah nanti”.
Yah itulah Dong yongbae dia sangat pelupa juga
sangat teledor walau dia sangat hebat sebagai seorang dokter tapi dia juga
mempunyai banyak kekurangan. Hari ini adalah ulang tahun ayah. Dan kita semua
akan merayakannya di rumah ayah. Bum oppa juga datang dari jepang. Ini adalah
untuk kesekian kalinya kami berkumpul satu keluarga setelah acara ulang tahun
hyun mi bulan lau. Dan sekarang usia hyun mi 13 bulan. Aku sangat senang dengan
kebahagiaan ini.
“Ayo kita berangkat”
“kau terlalu lama oppa, ayah bisa marah jika
kita terlambat datang kau tahu itukan”.
“Maafkan aku. Tadi aku lupa menaruh bingkisan
untuk ayah”.
“Kau selalu saja seperti itu oppa.”. jawabku
ngambek dan langsung menuju mobil.
“Silahkan tuan
putri”. Tanpa terasa aku tersenyum saat yongbae oppa mengatakan kalimat itu dan
membukakan pintu mobil untukku.
Incheon Airport
Di tengah hiruk pikuk kesibukan masing-masing
orang yang berada di airport itu. Nampak seorang laki-laki yang berjalan dengan
angkuhnya. Dia nampak mengenakan kemeja merah kotak-kotak yang di buka kancing
depannya dan didalamnya dia mengenakan t-sirt vneck nya warna putih. Dia
terlalu asik mendengarkan earphonenya sehingga dia tidak memperhatikan bahwa
semua pasang mata memperhatikannya. Dengan cepat dia menarik 1 kopernya dan
masuk kesebuah taksi yang berhenti di depannya.
Sebelum masuk dia tersenyum dan membuka kaca
mata hitamnya serta melepas topi hitam yang dia kenakan.
“Mika, aku datang untukmu”
Dengan tersenyum Pria itu masuk kedalam taksi
dan menutup pintu taksi tersebut.
“Tolong antarkan aku ke alamat ini”
Pria tersebut menyerahkan sebuah kertas kecil
kepada sopir taksi yang berisikan sebuah alamat rumah.
--------------------------------------------------------Bersambung--------------------------------------------------------------