PENGKAJIAN
SISTEM PERNAPASAN
2.1 Pengkajian
Sistem Pernapasan
2.1.1
Pengkajian Umum Sistem Pernapasan
Perawat yang memberikan asuhan keperawatan pada
klien dengan gangguan pernapasan melakukan dan menginterprestasi berbagai
prosedur pengkajian. Proses pengkajian keperawatan harus dilakukan dengan
sangat individual (sesuai masalah dan kebutuhan klien saat ini). Pada
pengkajian awal perawat memilih komponen pemeriksaan yang sesuai dengan tingkat
distress pernapasan yang dialami lien. Komponen pemeriksaan pulmonal harus
mencakup tiga kategori distress pernapasan yaitu akut, sedang dan ringan.
Karena tubuh bergantung pada sistem pernapasan untuk
dapat hidup, pengkajian pernapasan mengandung aspek penting dalam mengevaluasi
kesehatan klien. Sistem pernapasan terutama berfungsi untuk mempertahankan
pertukaran O2 dan CO2 dalam paru-paru dan jaringan serta
untuk mengatur keseimbangan asam basa. Setiap perubahan dalam sistem ini akan
mempengaruhi sistem tubuh lainnya. Pada penyakit pernapasan kronis, perubahan
status pulmonal terjadi secara lambat, sehingga memungkinkan tubuh klien untuk
beradaptasi terhadap hipoxia. Sedangkan pada perubahan pernapasan akut seperti
pneumotoraks atau pneumonia aspirasi, hipoksia terjadi secara mendadak dan
tubuh tidak mempunyai waktu untuk beradaptasi sehingga dapat menyebabkan
kematian.
2.1.2
Riwayat Kesehatan
Riwayat kesehatan klien diawali dengan mengumpulkan
informasi tentang data biografi, yaitu mencakup nama, usia, jenis kelamin, dan
situasi kehidupan klien. Riwayat pernapasan mengandung informasi tentang
kondisi klien saat ini dan masalah-masalah pernapasan sebelumnya. Mewawancarai
klien dan keluarga dan fokuskan pada manifestasi klinik tentang keluhan utama,
peristiwa yang mengarah pada kondisi saat ini, riwayat kesehatan terdahulu,
riwayat keluarga, dan riwayat psikososial. Rincian dan waktu yang dibutuhkan
untuk mengumpulkan riwayat pernapasan bergantung pada kondisi klien. Ucapkan
pertanyaan dengan sederhana, ulang pertanyaan untuk memperjelas pertanyaan yang
tidak dimengerti oleh klien.
Kumpulkan riwayat pernapasan yang lengkap sesuai
dengan kondisi klien. Mengajukan pertanyaan secara detail akan memberikan
petunjuk yang bermanfaat tentang: 1) Manifestasi gangguan pernapasan, 2)
Tingkat disfungsi pernapasan, 3) Pengertian klien dan keluarga tentang kondisi
dan penatalaksanaannya dan 4) Sistem pendukung dan kemampuan keluarga untuk
mengatasi kondisi.
2.1.3
Gejala Saat Ini
KELUHAN UTAMA
Keluhan utama dikumpulkan untuk menetapkan prioritas
intervensi keperawatan dan untuk mengkaji tingkat pemahaman klien tentang
kondisi kesehatannya saat ini. Keluhan umum penyakit pernapasan mencakup
dispnea, batuk, pembentukan sputum, hemoptisis, mengi, dan nyeri dada. Fokuskan
pada manifestasi dan prioritaskan pertanyaan untuk mendapatkan suatu analisa
gejala.
a.
Dispnea
Adalah kesulitan bernapas dan merupakan persepsi
subjektif kesulitan bernapas, yang mencakup komponen fisiologis dan kognitif.
Dispnea sering menjadi salah satu manifestasi klinis dialami klien dengan
gangguan pulmonal dan jantung. Dispnea yang berkaitan dengan penyakit
pernapasan terjadi akibat perubahan patologi yang meningkatkan tekanan jalan
napas, penurunan komplians pulmonal, perubahan sistem vaskuler pulmonal, atau
melemahnya otot-otot pernapasan.
Klien yang mengalami dispnea sebagai gejala utama biasanya mempunyai
salah satu dari kondisi (1) penyakit kardiovaskuler (2) emboli pulmonal (3)
penyakit paru intersitisial atau alveolar (4) penyakit paru obstrukstif (5)
ansietas. Keadaan yang menyebabkan dispnea pasien harus ditentukan. Karenanya,
penting artinya untuk menanyakan pasen:
Ø
Apakah ada batuk yang ditimbulkan?
Ø
Apakah dispnea berhubungan dengan gejala lain?
Ø
Apakah awitan sesak napas mendadak atau
bertahap?
Ø
Kapan dispnea terjadi, siang atau malam hari?
b.
Batuk
Batuk adalah reflek protektif yang disebabkan oleh
iritasi pada percabangan trakheobronkhial. Kemampuan untuk batuk merupakan
mekanisme penting dalam membersihkan jalan napas bagian dalam. Signifikasi,
adanya batuk dapat menunjukkan penyakit pulmonal yang serius. Yang juga sama
pentingnya adalah tipe batuk. Batuk yang kering, iritatif menandakan infeksi
saluran napas atas dengan asal virus Laringo trakeitis menyebabkan batuk dengan
puncak bunyi kering? Hacking? Brassy? Mengi? Ringan? Berat? Waktu batuk
dicatat. Batuk malam hari dapat menunjukkan awitan gagal jantung sebelah kiri atas
asma bronchial. Batuk pada pagi hari dengan pembentukan sputum merupakan
indikatif bronchitis. Batuk dengan awitan akhir berarti berasal dari proses
infeksi akut.
c.
Pembentukan Sputum
Sputum secara konstans dikeluarkan ke atas menuju faring
oleh silia paru. Sputum yang terdiri atas lendir, debius selular,
mikroorganisme, darah, pus dan benda asing akan dikeluarkan dari paru-paru
dengan membutuhkan atau membersihkan tenggorok.
Signifikansi, jumlah sputum purulen yang sangat banyak
(kental dan kuning atau hijau) atau perubahan warna sputum kemungkinan
menandakan infeksi bakteri. Sputum rusty menandakan adanya pneumonia
bakterialis. Sputum mukoid encer seringkali merupakan akibat dari bronchitis
virus. Tanyakan klien tentang warna sputum (jernih, kuning, hijau, kemerahan,
atau mengandung darah), bau, kualitas (berair, berserabut, berbusa, kental),
dan kuantitas (sendok the, sendok makan, cangkir). Tanyakan juga apakah sputum
hanya dibentuk setelah klien berbaring dalam posisi tertentu.
d.
Hemoptisis
Hemoptisis adalah membatukkan darah, atau sputum
bercampur darah. Sumber perdarahan data berasal dari jalan napas atas atau
bawah atau berasal dari parenklin paru.
Penyebab yang paling umum adalah (1) infeksi pulmonal
(2) karsinoma paru (3) abnormalitas pembuluh/ jantung (4) abnormalitas arteri
atau vena, dan (5) emboli dan infark pumonal.
Klien biasanya menganggap hemoptisis sebagai indikator
penyakit serius dan sering akan tampak gelisah, lakukan pengkajian tentang awitan,
durasi, jumlah dan warna (misal Merah terang atau berbusa).
e.
Mengi
Bunyi mengi dihasilkan ketika udara mengalir melalu
jalan napas yang sebagian tersumbat atau menyempit pada saat inspirasi dan
ekspirasi. Mengi dapat terdengar hanya dengan menggunakan stetostkop. Minta
klien mengidentifikasi kapan mengi terjadi dan aaah hilang dengan sendirinya
atau dengan menggunakan obat-obatan seperti bronkhodilator. Tidak semua mengi
mengacu pada asma. Mengi dapat disebabkan oleh odem mukosa, sekresi dalam jalan
napas, kolaps jalan napas akibat kehilangan elastisitas jaringan, dan benda
sing atau tumur yang sebagian menyumbat aliran udara.
f.
Nyeri Dada
Nyeri dada mungkin berkaitan dengan masalah pulmonal dan
jantung, lakukan analisis gejala yang lengkap pada nyeri dada. Informasi
tentang lokasi, durasi dan intensitas nyeri dada penting untuk dikumpulkan, dan
akan memberikan petunjuk diri tentang penyebab. Nyeri dada dialami oleh banyak
pasien dengan pnemonia, embolisme pulmonal dengan infark paru, dan pleuritis
dan merupakan gejala lanjut karsinoma broncogenik. Pada karsinoma, nyeri
mungkin pekak dan persisten karena kanker telah menyerang dinding dada,
mediastinum atau tulang belakang. Dengan medikasi analgesik sangat efektif
dalam meredakan nyeri dada tetapi harus hati-hati agar tidak menekan pusat
pernapasan atau batuk produktif.
ANALISA DATA
Untuk mendapatkan riwayat sistem pernapasan yang
sempurna penting sekali mengkaji karakteristik setiap manifestasi klinik yang
tampak. Jika lien menggambarkan gejala pernapasan tertentu, kaji setting,
waktu, persepsi klien, kualitas dan kuantitas sputum, lokasinya, faktor-faktor
yang memperburuk dan yang meredakan serta manifestasi yang berkaitan.
2.1.4
Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Riwayat kesehatan masa lalu memberikan informasi
tentang riwayat kesehatan klien dan anggota keluarganya. Kaji klien terhadap
kondisi kronis manifestasi pernapasan, karena kondisi ini memberikan petunjuk
tentang penyebab masalah baru. Tanyakan klien tentang perawatan di rumah sakit
atau pengobatan masalah pernapasan sebelumnya. Dapatkan pula informasi tentang
kapan penyakit terjadi atau waktu perawatan. Tanyakan apakah klien telah
mengalami pemeriksaan rontgen dan kapan, dan apakah pemeriksaan diagnostik pulmonal
dilakukan. Tanyakan klien adakah riwayat keluarga tentang penyakit pernapasan.
Misal asma, kanker paru. Sebutkan usia dan penyebab kematian anggota keluarga.
Tanyakan apakah ada anggota keluarga yang perokok, perokok pasif sering kali
mengalami gejala pernapasan lebih buruk.
2.1.5
Riwayat Psikososial
Dapatkan informasi tentang aspek-aspek psikososial
klien yang mencakup lingkungan pekerjaan, letak geografis, kebiasaan, pola olah
raga, dan nutrisi. Identifikasi semua agen lingkungan yang mungkin mempengaruhi
kondisi klien, lingkungan kerja dan hobi.
Tanyakan tentang kondisi kehidupan klien, seperti
jumlah anggota keluarga yang tinggal serumah. Kaji terhadap bahaya lingkungan
seperti sirkulasi udara yang buruk. Kumpulkan riwayat merokok, berapa banyak sehari
dan sudah berapa lama. Merokok menunjukkan hubungan adanya penurunan fungsi
siliapis paru-paru, meningkatkan pembentukan lendir dan terjadinya kanker paru.
Tanyakan apakah toleransi terhadap aktivitas menurun atau tetap stabil. Minta
klien untuk menggambarkan aktivitas khusus seperti berjalan, pekerjaan rumah
yang ringan dan hal-hal yang menyebabkan sesak napas.
Mempertahankan dietr yang bergizi penting untuk
klien dengan penyakit pernapasan kronik. Penyakit pernapasan kronik
mengakibatkan penurunan kapasitas paru dan beban kerja lebih tinggi bagi paru
dan sistem kardiovaskuler.
2.2 PENGKAJIAN
FISIK
Pemeriksaan fisik dilakukan setelah pengumpulan
riwayat kesehatan. Gunakan teknik inspeksi, palpasi, dan auskultasi.
2.2.1
Inspeksi
Pengkajian fisik dimulai sejak pengumpulan riwayat
kesehatan saat Anda mengamati klien dan respons klien terhadap pertanyaan.
Perhatikan manifestasi distress pernapasan saat ini. Posisi yang nyaman,
takipnea, mengap-mengap, sianosis, mulut terbuka, cuping hidung mengembang, dispnea,
warna kulit wajah dan bibir dan penggunaan otot-otot asesori pernapasan. Amati
pola bicara, berapa banyak kata atau kalimat yang dapat diucapkan sebelum
mengambil napas berikutnya. Perhatikan bau napas dan apakah ada sputum. Amati
penampilan umum klien, frekuensi serta pola pernapasan, dan konfigurasi torax.
Pada pola pernapasan mengamati kedalaman dan frekuensi pernapasan. Frekuensi
pernapasan pada orang dewasa normal, adalah 12-18 kali/ menit, kedalaman dan
iramanya teratur. Peningkatan dalam frekuensi pernapasan disebut takipnea,
peningkatan kedalaman pernapasan disebut hipepnea. Peningkatan baik dalam
frekuensi maupun kedalaman dengan PCO2 rendah disebut sebagai
hiperventilasi. Pada konfigurasi thorax normalnya, diameternya anteroposterior
dalam proporsi terhadap diameter lateral adalah C:2. namun demikian terdapat
empat deformitas utama dada yang berkaitan dengan penyakit pernapasan: bartel
chest (dada tong), fannel chest (pektus exavatum) pigeon chest (pektus
karinatum) dan kifus koliosis.
2.2.2
Palpasi
Palpasi dilakukan dengan menggunakan tangan untuk
meraba struktur di atas atau di bawah permukaan tubuh. Dada dipalpasi untuk
mengevaluasi kulit dan dinding dada. Palpasi dilakukan terhadap nyeri tekan,
massa, lesi, ekskursi pernapasan, dan fremitus vokalis. Palpasi langsung
dilakukan dengan ujung jari (untuk lesi kulit dan massa subkutan) atau dengan
kepalan tangan. Perlahan letakkan ibu jari tangan yang akan mempalpasi pada
satu sisi trachea dan jari-jari lainnya pada sisi sebelahnya. Trachea biasanya
agak mudah digerakkan dan dengan cepat kembali ke posisi garis tengah setelah
digeser. Palpasi dinding dada menggunakan bagian tumit atau ulnar tangan.
Palpasi dibarengi dengan inspeksi, terutama efektif dalam mengkaji apakah
gerakan, atau ekskursi toraks selama inspirasi dan ekspirasi, amplitudonya
simetris atau sama. Selama palpasi kaji adanya udara dalam jaringan subkutan,
nyeri tekan dinding dada, tonus otot, odem, fremitus traktil, atau vibrasi
gerakan udara melalui dinding dada ketika klien sedang bicara. Palpasi dinding
dada posterior saat klien mengucapkan kata-kata yang menghasilkan vibrasi yang
relatif keras (misal tujuh-tujuh). Vibrasi terkuat teraba di atas area yang
terdapat konsolidasi paru (misal pneumonia). Penurunan fremitus taktil biasanya
berkaitan dengan abnormalitas yang menggerakkan paru lebih jauh dari dinding
dada, seperti efusi plural dan pneumotoraks.
Temuan: pengertian tentang sifat fisik transmisi
suara melalui paru-paru dapat membantu dalam menginterprestasi temuan. Udara
bukan penghantar bunyi yang baik, namun benda padat adalah enghantar yang baik.
Karena jaringan mempunyai elastisitas dan tidak menggumpal menjadi nassa
nonresonan. Dengan demikian, peningkatan jaringan padat per unit volume paru
akan meredamkan bunyi. Pasien dengan konsolidasi lobus paru akibat pneumonia
akan mengalami peningkatan taktil tremitus di atas lobus tersebut.
2.2.3
Perkusi
Perkusi adalah teknik pengkajian yang menghasilkan
bunyi dengan mengetik dinding dada dengan tangan. Perkusi menentukan dinding
dada dan struktur di bawahnya dalam gerakan, menghasilkan vibrasi taktil dan
dapat terdengar. Pemeriksaan menggunakan perkusi untuk menentukan apakah
jaringan di bawahnya terisi oleh udara, cairan, atau bahan padat atau tidak.
Pengetukan dinding dada antara iga menghasilkan berbagai bunyi yang digambarkan
sesuai dengan sifat akustiknya-resonan, hiperesonan, pekak, datar, dan timpanik.
Perkusi biasanya dimulai dengan toraks posterior pasien dalam posisi duduk
dengan kepala fleksi ke depan dan lengan disilangkan di atas pangkuan. Posisi
ini aan memisahkan scapula dengan lebar dan memajan area paru lebih luas untuk
pengkajian. Perkusi kedua bagian atas bahu, temukan letak seluas 5 cm bunyi
resonan di atas kedua apeks paru lanjutkan ke bawah toraks posterior,
memperkuat area simetrik pada intervals sampai 6 cm. Jari tengah diposisikan
sejajar dengan iga-iga dalam spasium interkosis, jari-jari diletakkan dengan
kuat di atas dinding dada sebelum mengetuknya dengan jari tengah dari tangan
satunya, perkusi di atas permukaan scapula atau iga akan mengeluarkan suara
pekak.
Perkusi di atas dada anterior dilakukan dengan
pasien dalam posisi berdiri tegak dengan bahu ditarik ke belakang dan lengan
disisi. Pemeriksa memulai perkusi pada area supraklavikular dan dilanjutkan ke
arah bawah, dari spasium intercosta ke spasium intercosta. Pada pasien wanita
mungkin ada baiknya untuk menggeser letak payudara sehingga dapat dilakukan
pemeriksaan yang menyeluruh. Torak anterior dan posterior diperiksa pada posisi
telentang. Jika pasien tidak mampu untuk duduk tegak, perkusi toraks posterior
dilakukan pada pasien dengan posisi miring.
Temuan: Ekskurasi maksimal diafragma dapat sebesar 8
sampai 10 cm (3 sampai 4 inci) pada anak muda yang sehat dan tinggi. Untuk
kebanyakan orang, ekskurasi maksimal diafragma biasanya 5 sampai 7 cm (2 sampai
2,75 inci). Normalnya diafragma 2 cm lebih tinggi di sebelah tinggi di sebelah
kanan dibanding sebelah kiri karena posisi jantung dan hepar di atas dan di
bawah segmen kiri dan kanan diafragma secara berurutan. Peningkatan dalam
tekanan intra abdomen, seperti yang terjadi pada kehamilan atau asites, dapat
menyebabkan letak diafragma menjadi tinggi dalam toraks.
2.2.4
Auskultasi
Auskultasi adalah mendengarkan bunyi dengan
menggunakan stetoskop yang sangat berguna dalam mengkaji aliran udara melalui
pohon bronchial dan dalam mengevaluasi adanya cairan atau obstruksi padat dalam
struktur paru. Auskultasi untuk menentukan kondisi paru-paru, pemeriksa
mengauskultasi bunyi nafas normal, bunyi nafas tambahan dan bunyi suara.
Prosedur auskultasi meliputi pemeriksaan yang
menyeluruh mencakup auskultasi toraks anterior, posterior, pasterior dan
lateral. Auskultasi dilakukan sebagai berikut : Bagian diafragma stetoskop
diletakkan dengan kuat menekan dinding dada ketika pasien bernafas perlahan,
sedang sampai nafas dalam melalui mulut. Bagian
dada yang berhubungan
diausklutasi dengan cara sistematis dari apeks ke bagian dasar dan sepanjang
garis midaksila. Urutan auskultasi dan posisi pasien adalah sama dengan pemeriksaan
perkusi. Penting artinya untuk mendengarkan dua kali inspirasi dan ekspirasi
penuh pada kedua lokasi anatomi untuk memastikan intreprestasi valid dari bunyi
yang didengar. Nafas dalam berulang dapat mengakibatkan gejala hiperventilasi.
(Misalnya kepala terasa melayang) dan dapat dihindari dengan meminta pasien
istirahat dan bernafas dengan normal satu atau dua kali selama pemeriksaan.
Umumnya bunyi nafas tidak terdengar pada lobus kiri atas, intensitas dan
karakter bunyi nafas harus mendekati simetris bila dibanding pada kedua paru.
·
Bunyi nafas
Bunyi nafas normal diadakan oleh letaknya di atas area
spesifik paru dan diidentifikasi sebagai bunyi nafas vesikuler, bronchial dan
bronkovesikuler.
Bunyi vesikuler terdengar sebagai bunyi yang tenang,
dengan nada rendah yang mempunyai fase inspirasi panjang dan fase inspirasi yang
sangat singkat. Bunyi ini normalnya terdengar di seluruh bidang paru, kecuali
di atas stermun atas dan antara scapula.
Bunyi bronchial biasanya terdengar lebih keras dan
dengan nada yang lebih tinggi dibanding bunyi vesikuler. Dalam perbandingan,
fase ekspirasi lebih panjang dibanding fase inspirasi. Bunyi bronchial
terdengar di atas trakea.
Bunyi bronkovesikuler terdengar di tas area bronkus
besar, secara spesifik bunyi ini dapat didengar antara scapula dan pada kedua
sisi sternum. Bunyi nafas bronkovesikuler mempunyai puncak sedang, fase
inspirasi dan ekspirasi adalah sama.
Sering ditemukan bunyi bronchial dan branko vesikuler
yang terdengar di segala tempat dan paru-paru menandakan keadaan patologis,
biasanya menunjukkan area yang mengalami konsolidasi paru-paru menandakan keadaan patologis,
biasanya menunjukkan area yang mengalami konsolidasi paru-paru (pnemonia) dan
membutuhkan evaluasi lebih lanjut.
Kualitas dan rutinitas bunyi nafas ditentukan selama
auskultasi jika aliran udara menurun akibat atelektasis atau efusi pleural atau
obesitas memisahkan saluran udara dari stetoskop, maka bunyi nafas tidak
terdengar. Contoh pada pasien eufisema bunyi nafas samar dan sering sama sekali tidak terdengar. Jika terdengar,
fase ekspiratori memanjang dan mungkin menunjukkan rutonasui bersiul dengan
puncak suara yang tinggi. Bunyi yang sama terdengar pada penderita asma dan
pada proses yang berkaitan dengan bronkokonstriksi jelas.
·
Bunyi Adventisius
Bunyi adventisius merupakan perubahan dalam bunyi
nafas yang mungkin menandakan keadaan patologis termasuk penurunan atau tidak
terdengar bunyi nafas, peningkatan bunyi nafas dan bunyi nafas saling
mendahului yang diakibatkan adanya kondisi abnormal yang mempengaruhi pohon
bronchial dan alveoli dapat menghasilkan bunyi tambahan.
Peningkatan bunyi nafas terdengar bila kondisi seperti
alekteis dan pnemonia meningkatkan ketebalan jaringan paru. Penurunan bunyi
nafas terjadi bila transmisi gelombang bunyi termasuk hiperinflasi paru, udara
dan cairan dalam rongga pleural, nafas lambat, peningkatan ketebalan dinding
dada. Bunyi nafas tambahan disebabkan oleh kondisi petologis yang menyebabkan
berlebihan lendir, inflamasi jaringan, spasma bronkus, obstruksi jalan nafas.
Bunyi tambahan dibagi menjadi 2 kategori diskret,
yaitu bunyi tidak kontinue (Krekels) dan berirama kontinue (mengi).
Krekels (sebelumnya disebut rales) adalah bunyi halus
dengan puncak tinggi, discontinue letupan yang terjadi selama inspirasi. Bunyi
tersebut dihitung dalam hubungannya dengan inspirasi. Krekels terjadi sekunder
terhadap adanya cairan dalam jalan nafas atau aluroli. Krekels halus biasanya
terdengar pada akhir inspirasi dan berasal dari alveoli, terdapat pada pasien
dengan penmonia interstisial atau fibrosis. Bunyi itu dapat dibuat lagi dengan
menggosokkan benang pada telinga seseorang. Krekels besar terdengar parau dan
basah dan bunyi ini dihasilkan pada bronki besar dan dapat terdengar pada awal
sampai mid inspirasi. Krekels dapat dihilangkan dengan batuk tapi mungkin juga
tidak. Krekels mencerminkan inflamasi yang mendasari pada sering timbul pada
kondisi seperti pnemonia, bronchitis, gagal jantung kongestif, bronkeletasis,
dan fibrosus pulmonal.
Mengi sonor (yang sebelumnya disebut ronki) adalah
bunyi gaduh yang mendalam dengan puncak bunyi yang rendah yang terdengar
terutama selama ekspresi dan disebabkan oleh gerakan udara melewati jalan nafas
trakebronkial yang menyempit. Penyempitan adalah bunyi seperti bersiul,
kontinue, berirama dengan puncak yang tinggi
yang terdengar selama inspirasi dan ekpirasi yang disebabkan penyempitan
bronkolus dan berkaitan dengan bronkopasma, asma dan penumpukan sekresi. Mengi
dapat dihilangkan dengan dibatukkan. Mengi biasanya terdengar pada pasien asma,
bronchitis kronis dan brokiektasis.
Friction rub terjadi akibat inflamasi permukaan
pleural yang mengakibatkan bunyi krekling, grating yang biasanya terdengar baik
selama inspirasi atau ekspirasi. Bunyi terdengar cukup jelas dan dapat
ditingkatkan dengan memberikan tekanan pada dinding dada menggunakan bagian
kepala stetoskop. Bunyi dapat ditirukan dengan menggesekkan ibu jari dan jari
telunjuk di dekat telinga. Bunyi grating dari friction rub tidak dapat dirubah
dengan membatukkan. Jika terdengar secara inspirasi, sulit dibedakan dengan
krekels, yang mungkin terdengar multipel yang terlalu sering sehingga yang
diduga adalah krekels. Friction rub terdengar sangat baik pada permukaan
anterior latebal bawah toraks.
·
Bunyi Suara
Bunyi suara merupakan bunyi yang terdengar melalui
stetoskop ketika pasien berbicara. Vibrasi yang dihasilkan laring
ditransmisikan ke dinding dada ketika vibrasi tersebut melewati bronki dan
jaringan olveolar. Bunyi suara dapat dikaji dengan meminta pasien
mengulangi kata “tujuh puluh tujuh” atau
“eee” sementara pemeriksa mendengarkan dengan stetoskop pada area dada yang
berhubungan dari apeks ke bagian basal.
Bronkofoni menggambarkan resonan vokal yang lebih
mendalam dan lebih jelas dibanding bunyi normal. Egofani menggambarkan bunyi
suara yang mengalami penyimpangan. Bunyi ini akan terdengar baik dengan meminta
pasien mengulangi bunyi huruf e. penyimpangan yang dihasilkan oleh konsolidasi
membentuk bunyi menjadi lebih jelas terdengar “a” daripada “e”.
Sering ditemukan bronkofoni dan egofoni mempunyai
signifikan yang hampir sama sebagai pernafasan bronchial dengan peningkatan
dalam fremitas taksil. Jika abnormalitas terdeteksi harus dibuktikan dengan
lebih dari satu metode pengkajian. Perubahan taktil fremitus terdengar sangat
halus dan data terlewatkan, tetapi pernafasan bronkial dan bronkofoni dapat
ditemukan dengan lebih keras dan jelas.
Pektoriloqu bisikan adalah temuan yang sangat halus,
terdengar hanya pada adanya konsolidasi yang lebih tebal pada paru-paru.
Keadaan ini tidak tampak pada fisiologi normal. Signifikan ini sama seperti
pada bronkofoni.
2.3 Pengkajian
Diagnostik Pada Sistem Pernafasan
Pemeriksaan kultur dan biopsy adalah prosedur yang
paling sering di gunakan dalam menegakkan diagnosis gangguan saluran pernafasan
atas kultur. Kultur tenggorok dapat dilakukan untuk mengidentifikasi organisme
yang menyebabkan aringitis. Selain itu tenggorok juga dapat membantu dalam
mengindetifikasi organisme yang menyebabkan infeksi pada saluran pernafasan
bawah.
Biopsi prosedur biopsy mencakup tindakan mengeksisi
sejumlah hasil jaringan tubuh. Dilakukan untuk memungkinkan pemeriksaan sel-sel
dari faring, laring dan rongga hidung. Dalam tindakan ini pasien mungkin saja
mendapat anestesi lokal, topical / umum tergantung pada tempat prosedur
dilakukan.
Pemeriksaan diagnostik pada saluran pernafasan bawah
sedikit lebih banyak dan lebih rumit dibandingkan pemeriksaan diagnostik
saluran pernafasan atas untuk pemeriksaan diagnostik. Saluran pernafasan bawah
akan dijelaskan dalam suatu kerangka tentang apa yang akan dilakukan dan
gambaran hasil yang didapatkan di dalamnya mencakup pengkajian diagnostik
status fungsional, anatomi dan spesium.
2.3.1
Pemeriksaan Radiologi Toraks dan Paru-Paru
Pemeriksaan radiology memberikan informasi mengenai :
1.
Status sangkar iga, termasuk tulang rusuk, pleura dan
kontur diafragma dan jalan nafas atas
2.
Ukuran, kontar dan posisi mediastinum dan hilus paru,
termasuk jantung, arota, modus limfe, dan percabangan bronchial.
3.
Tekstur dan tingkat penyebaran udara dari parenkim,
paru
4.
Ukuran, bentuk, jumlah dan lokasi lesi pulmonal
termasuk kavitasi, area fibrosis dan daerah konsolidasi.
Pemeriksaan ronsen / radilogi dada diindikasikan untuk :
1.
Mendeteksi perubahan paru yang disebabkan oleh protes
patologis seperti tumor, inflamasi, fraktur, akumulasi cairan/ udara
2.
Menentukan terapi yang sesuai
3.
Mengevaluasi kesangkilan pengobatan
4.
Menetapkan posisi selang dan kateter
5.
Memberikan gambaran tentang suatu proses progesif dari
penyakit paru.
Pemajanan standar untuk pemeriksaan ronsen adalah :
1.
Posterior – anterior (PA) – Sinar X – menjalar melalui punggung ke bagian depan tubuh
2.
Lateral – sinar X menembus bagian samping tubuh
(biasanya sebelah kiri)
Selain pemeriksaan standar mungkin diperlukan juga pemajanan spesifik
untuk melihat bagian-bagian spesifik dada.
Pemajanan tersebut termasuk :
1.
Oblique – film sinar X diarahkan miring dengan sudut
spesifik
2.
Lordotis – film sinar x dimiringkan dengan sudut 45oC
dari bawah untuk melihat kedua apeks paru
3.
Dekubitus – film sinar
x diambil dengan posisi pasien berbaring miring (kiri / kanan) untuk
memperlihatkan cairan bebas dalam dada.
Prosedur :
Pemeriksaan ronsen dada dilakukan dengan posisi berdiri / duduk tegak
menghadap film sinar x. hantaran gelombang sinar x ditembuskan dari posterior
(posisi PA). Radiografi biasanya diambil saat inspirasi penuh, yang menyebabkan
diafragma bergerak ke arah bawah. Radiografi yang diambil saat ekspirasi kadang
dilakukan untuk mengetahui tingkat gerakan diafragma / untuk membantu dalam
pengkajian dan diagnosa pneumotoraks.
Perawatan Pra Prosedur
Jelaskan pada klien tentang pemeriksaan ini pemeriksaan ini tidak
menimbulkan nyeri dan pemajanan pada radiasi adalah minila. Klien harus melepas
semua perhiasan dan pakaian dalamnya mengenakan gaun. Kaji status kehamilan
klien (untuk klien wanita), wanita hamil seharusnya tidak boleh terpajan pada
radiasi.
2.3.2
Pemeriksaan Ultrasonografi
Dalam pemeriksaan ini terjadi emisi dan penetrasi gelombang suara
berfrekuensi tinggi. Pemeriksaan ini relatif tidak membahayakan. Ultrasonografi
toraks dapat memberikan informasi tentang efusi pleura / opasitas dalam paru.
2.3.3
Computed Tomograph (CT)
CT digunakan untuk mengidentifikasi masa dan perpindahan struktur yang
disebabkan oleh neoplasma, kista, lesi inflamasi fokal dan abses. CT scan dapat
dilakukan dengan cepat dalam 20 menit. Klien dipuasakan dan jelaskan bahwa
pemeriksaan ini sering membutuhkan media kontras. Karena media kontras biasanya
mengandung yodium (juga disebut zat warna), tanyakan klien apakah ia mempunyai
alergi terhadap yodium, zat warna / kerang, ingatkan agar klien tidak bergerak
selama prosedur.
2.3.4
Pemeriksaan Fluoroskopi
Fluoskopi tidak digunakan secara rutin, namun hanya pad keadaan di mana
dibutuhkan pengamatan toraks kontinue. Pemeriksaan ini memungkinkan untuk
mengamati dada dan struktur intratoraks selain itu juga digunakan untuk :
1.
Mengamati diafragma saat insiprasi dan eksposisi
2.
Mendeteksi gerakan mediastrial selama nafas dalam
3.
Mengkaji jantung, pembuluh darah dan struktur yang
berkaitan
4.
Mengindentisikasi abnormalitas esophagus
5.
Mendeteksi masa mediastinal
Pemeriksaan ini membutuhkan waktu 30 sampai 45 menit
2.3.5
Pemeriksaan Angiografi Pulmonal
Pemeriksaan ini digunakan untuk mendeteksi embolisme
pulmonal dan berbagai lesi congenital dan didapat pada pembuluh pulmonal.
Sebelumnya pasien mendapat suntikan bahan radiopaque melalui kateter ke dalam
vena sistemik, bilik kanan jantung, arteri pulmonal. Angiografi pulmonal
mungkin dilakukan untuk mendeteksi :
1.
Abnormalitas congenital percabangan vascular pulmonal
2.
Abnormalitas sirkulasi vena pulmonal
3.
Penyakit sirkulasi vena pulmonal
4.
Efek destruktif dari efimisme
5.
Keuntungan potensial reseksi untuk karsinoma
bronchogenik
6.
Lesi pulmonal perifer
7.
Luasnya trombo embolisme dalam paru-paru.
Prosedur :
Media kontras disuntikkan ke dalam sistem vascular melalui kateter
indwelling selama angiografi pulmonal, kateter dimasukkan baik melalui perifer
/ langsung ke dalam arteri pulmonalis besar dan salah satu cabangnya.
Perawatan praprosedur
Jelaskan klien tentang prosedur ini dan mengapa harus ada ijin tertulis
dari klien. Pemeriksaan ini sedikit menimbulkan nyeri dan pemajanan terhadap
radiasi minimal.
2.4 Pengkajian
Kemampuan Bernafas
Uji kemampuan bernafaskan dengan mengukur frekuensi
pernafasan, volume tidal ventilasi satu menit, kapasitas vital, inspirasi kuat
dan kompliens uji sangat penting bagi pasien yang beresiko mengalami komplikasi
pulmonal termasuk mereka yang harus menjalani operasi dada atau abdomen harus
menjalani anastesia yang lm mempunyai penyakit pulmonaria / lansia. Pasien yang
ekspansi dadanya terbatas karena restrik aksternal seperti obesitas, distensi
abdomen di mereka yang tidak mampu untuk nafas karena pasca operatif atau
seddsi akan menghirup dan menghembuskan volume udara yang kecil disebut
lumedital rendah. Ventilasi pada volume tidal rendah tanpa inflasi nafas
panjang dapat menghasilkan kola alveoiar atau atelektasis.
1.
Frekuensi pernafasan
Orang dewasa normal yang cukup istirahat bernafas 12 sampai 18 menit / menit
kecuali nafas panjang sesekali, pernafasan teratur.
-
Bradipne / pernafasan lambat, berkaitan dengan
penurunan tekanan introkanial, otak, takar lajak otak.
-
Takipned / pernafasan cepat nampak pada pasien
prenumonia, edema pulmonal, asidosis metabolic, septicemia, nyeri hebat,
fraktur iga
2.
Volume tidal
Volume pada setiap nafas disebut volume tidal.
Instrumen yang umumnya digunakan untuk mengukur volume tersebut di tempat
tidur adalah spirometer wright. Jika pasien bernafas melalui selang endotrakial
atau trakeostomi, spirometer langsung diletakkan pada selang tersebut dan
volume yang dihembuskan didapatkan hasil dari alat ukur. Volume tidal normal
kira 0 sampai 10 ml kg berat badan
3.
Ventilasi satu menit
Volume tidal dan frekuensi pernafasan sangat penting keduanya menentukan
ventilasi satu menit, yang berguna dalam mendeteksi gagal pernafasan. Ventilasi
satu menit (VE) adalah volume udara yang dihembuskan per menit. Volume
sebanding dengan hasil volume tidal (VT) kecepatan pernafasan atau frekuensi F
berdasarkan dengan rumus sebagai :
VE = VT x F
Dalam prakteknya ventilasi satu menit tidak dihitung tetapi diukur
langsung menggunakan spirometer ventilasi satu menit mungkin diturunkan oleh
berbagai kondisi yang menghasilkan efek
berikut :
-
Pembatasan impus neurologis yang ditransmisikan otak ke
otot-otot pernafasan seperti trauma medulla spinalis, stroke, tumor
-
Penekanan pusat pernafasan pada medulla, seperti
anesthesia dan takar idjuk obat
-
Pembatasan gerakan toraks, perbatasan gerak paru (efusi
pleuran pneumatoraks) mengurang jaringan paru fungsional (penyakit pulmonal
kronis, edemia pulmonal berat.
4.
Kapasitas vital
Kapasitas vital diukur dengan meminta pasien bernafas maksimal dan
menghembuskan dengan penuh melalui pirometer. Nilai normal tergantung pada
usia, jenis kelamin, bentuk tubuh dan berat badan.
Sebagian besar pasien dapat menimbulkan kapasitas vital dua kali volume
yang biasanya mereka hirup dan hembuskan (Volumetidal). Jika kapasitas vital
kurang dari 10 ml per kg berat badan, pasien tidak mampu mempertahankan
ventilasi spontan akan dibutuhkan pernafasan bantuan.
5.
Insiprasi Kuat
Inspirasi kuat tidak membutuhkan kerja sama pasien dan karenanya berguna
pada pasien yang tidak sadar, peralatan yang digunakan :
1.
Manometer yang mengukur tekanan negatif
2.
Adapter yang disambungkan pada masker anestesi atau
cuff selang endrotrakeal
2.4.1
Fungsi Pernafasan Jalan Nafas Atas
a.
Hidung dan Sinus
-
Pemeriksaan hidung dan sinus dengan palpasi dan
inspeksi
-
Untuk pemeriksaan cukup dengan cahaya yang sederhana
akan tetapi untuk pemeriksaan yang lebih menyeluruh, memerlukan speculum hidung
-
Hidung eksternal diinpeksi terhadap lesi, asimetri dan
inflamasi
Caranya :
1.
Pasien diinstruksikan mendongakkan kepala ke belakang
2.
Pemeriksa dengan perlahan mendorong ujung hidung ke
atas untuk memeriksa struktur internal hidung
3.
Mukosa diinspeksi terhadap warna, pembengkakan,
eksudat, ataupun perdarahan
-
Septum diinspeksi terhadap deviasi, perforasi atau
perdarahan
-
Sinus frontalis dan maksilaris dipalpasi terhadap nyeri
tekan. Palpasi menggunakan ibu jari dengan menekan gerakan ke atas pada tepi
sinus frontalis dan pada area yang berbatasan dengan hidung (sinus maksilaris)
b.
Faring
Caranya :
Pasien diinstruksikan untuk membuka mulut lebar-lebar dan nafas dalam
lalu inspeksi lidah, tousil, uvula dan faring posterior. Struktur ini diinspeki
warna, kesimetrisan, ulserasi, pembengkakan.
c.
Trakhea
-
Pemeriksaan trachea ini dengan palpasi
-
Caranya : Tempatkan ibu jari dan jari telunjuk dari
satu tangan pad kedua sisi trakea tepat di atas takik terneem
-
Trakea agak sedikit sensitif dan bila dipalpasi terlalu
kuat dapat menimbulkan reflek batuk atau muntah
-
Trakea pada normalnya berada di tengah
2.4.2
Fungsi Pernafasan
2.4.2.1
Uji Fungsi Pulmonal
Uji fungsi pulmonal dilakukan untuk mengukur volume
paru, mekanisme paru dan kemampuan difusi paru. Uji fungsi ini digunakan untuk
:
1)
Skrining penyakit pulmonal
2)
Evaluasi preoperative
3)
Mengevaluasi kondisi untuk melakukan penyapihan dari
ventilator
4)
Pemeriksaan fisiologi pulmonal
5)
Mendokumentasikan kemajuan penyakit pulmonal atau efek
terapi
6)
Meneliti efek latihan pada fisiologi pernafasan
Uji fungsi pulmonal ini dengan menggunakan spirometer
yang mempunyai alat pengumpul volume yang dilekatkan pada alat perekan yang
menunjukkan volume dan waktu secara bersamaan. Selain itu bisa juga dengan
transmitter data
2.4.2.2
Pemeriksaan Gas Darah Arteri
Pemeriksaan ini mengkaji tingkat di mana
paru-paru mampu untuk memberikan O2
yang kuat dan membuang CO2 serta tingkat di mana ginjal mampu untuk
menyerap kembali atau mengekspresikan ion-ion bikarbonat untuk mempertahankan
PH darah normal.
Gas darah arteri didapatkan melalui pompa arteri pada arteri radilis,
brankialis atau femoralis dengan melalui kateter arteri indwelling.
2.4.2.3
Oksimeter Nadi
Yaitu metode pemantauan secara kontinue terhadap
saturasi oksigen hemoglobin (SaO2). Oksimetri ini sangat efektif
untuk memantau pasien terhadap perubahan mendadak atau perubahan kecil saturasi
oksigen.
Pemeriksaan ini menggunakan alat sensor (probe) yang
dilekatkan pada ujung jari, dahi, daun telinga atau tulang hidung. Nilai norma
SaO2 adalah 95% - 100%. Di bawah 85% menandakan bahwa jaringan tidak
mendapat cukup O2 dan pasien membutuhkan evaluasi lebih lanjut.
2.5 Prosedur
Endoskopi
2.5.1
Bronkoskopi
Bronkoskopi ialah inspeki dan pemeriksaan langsung
terhadap laring trakea, dan bronki baik melalui bronkoskop serat optik yang
fleksibel atau bronkoskop yang scope serat optik.
Tujuan bronkokopi dignostik :
1)
Untuk memeriksa jaring atau mengumpulkan sekresi
2)
Untuk menentukan lokasi dan keluasan proses patologi
3)
Untuk menentukan apakah suatu tumor dapat diveseksi
atau tidak melalui tindakan bedah
4)
Untuk mendiagnosa tempat perdarahan
Bronkoskopi terapeutik digunakan untuk :
1)
Mengangkat benda asing dari bahan trakeobronkial
2)
Mengangkat sekresi yang menyumbat trakeobronkial
3)
Memberikan pengobatan pasca operatif dalam atelektasis
4)
Menghancurkan dan mengeksisi lesi
Pemeriksaan Bronkoskopi ini dilakukan dengan
memasukkan bronkokopi ke dalam trakea dan bronchi. Bronkoskopi serat optik
adalah broncoskop yang tipis dan fleksibel yang dapat diarahkan ke dalam bronki
segmental. Sedangkan bronkoskop kaku adalah selang logam berongga dengan cahaya
pada ujungnya. Bronkoskop pada jenis ini digunakan terutama untuk mengangkat
benda asing.
2.5.2
Torakoskopi
Torakoskopi ialah prosedur diagnostik di mana evitas
pleural diperiksa dengan suatu endoskop. Torakoskopi itu terutama diindikasikan
pada evaluasi diagnostik efusi pleural, penyakit pleural dan penangkapan tumor.
2.6 Pemeriksaan
Sputum
Pemeriksaan sputum biasanya diperlukan jika diduga
adanya penyakit paru. Perhatikan dan catat volume, konsistensi, warna dan bau
sputum.
Pemeriksaan sputum mencakup :
1)
Pewarnaan Gram, memberikan informasi tentang
organisme yang cukup untuk menegakkan diagnosa presumatif
2)
Kultur sputum, mengidentifikasikan organisme
spesifik untuk menegakkan diagnosa definitive
3)
Sensitivitas, berfungsi sebagai pedoman
terapi antibiotik dengan mengindetifikasi antibiotik yang mencegah pertumbuhan
organisme yang terdapat dalam sputum
4)
Basil Tahan Asam (BTA), menentukan adanya
mikrobkterium tuberkolosis
5)
Sitologi, membantu mengindetifikasi
karsinoma paru
6)
Kuantitatif, pengumpulan sputum selama 24
jam – 72 jam
Pengumpulan Sputum :
1)
Klien yang kesulitan dalam pembentukan sputum atau
mereka yang sangat banyak membentuk sputum dapat mengalami dehidrasi
2)
Kumpulkan sputum sebelum makan
3)
Instruksikan sputum sebelum makan
4)
Instruksikan klien untuk berkumur sebelum mengumpulkan
spesimen untuk mengurangi kontaminasi sputum
2.7 Torasentesis
Torasintesis ialah pemasukan jarum ke dalam spasium
pleural. Indikasinya:
1.
Pengangkatan cairan pleural untuk tujuan diagnostik
-
Pemeriksaan untuk mengetahui berat jenis, jumlah sel
darah putih, hitung banding sel, jumlah darah merah, konsentrasi protein dan
amilase.
2.8 Blopsi
Pleura
Biopsi pleural dapat dilakukan melalui insisi
torakotomi kecil secara bedah atau selama torasintesis menggunakan jarum cope.
Biopsy jarum berguna untuk menentukan efusi pleural.
Persiapan dan posisi klien untuk biopsy pleural
serupa dengan persiapan dan posisi torasintesis. Pemeriksaan ini menimbulkan
nyeri dan klien harus dim tak bergerak. Pemeriksaan ini membutuhkan eaktu 15 –
30 menit.
2.9 Prosedur
Diagnostik Radiostop (Pemindaian Paru)
2.9.1
Pemindaian Paru Perfusi
Dilakukan dengan menyuntikkan agen radioaktif ke
dalam vena perifer kemudian dada, tubuh lainnya dipindai untuk mendeteksi
radiasi. Prosedur ini digunakan untuk melacak dan mengukur perfusi melalui paru
dan digunakan untuk mengukur integritas pembuluh pulmonal relatif terhadap
aliran darah dan untuk mengevaluasi abnormalitas aliran darah.
Pada waktu pemeriksaan, pasien instruksikan untuk
berbaring di bawah kamera pencitraan 20 – 40 menit dengan memakai masker yang
menutupi hidung dan mulut. Selama pemeriksaan pasien tidak boleh bergerak.
2.9.2
Pemindaian
Ventilasi
Pemindaian ini dilakukan telah pemindaian perfusi.
Pasien melakukan nafas dalam untuk menghirup oksigen dan gas radioaktif (xenon,
krypton) yang berdifusi ke seluruh paru.
Prosedur ini mungkin bermanfaat untuk mendiagnosa
bronchitis, asma, fibrosis inflamatori, pneumonia, emfis ema dan kanker paru.
2.9.3
Pemindaian Luhalasi
Dilakukan dengan menggunakan / memberikan droplet
bahan radioaktif melalui ventilator tekanan positif. Pemindaian ini bermanfaat
terutama dalam menvisualisasi trakea dan jalan nafas besar.
2.9.4
Pemindaian Gallium
Digunakan untuk mendeteksi kondisi-kondisi
inflamatori, abcess, adesi dan keberadaan, ukuran tumor. Pemindaian ini
digunakan untuk memberi tahapan kanker bronkogenik dan mencatat regresi tumor
setelah kemoterapi atau radiasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Selamat datang Di Blog Bigbang jangan lupa tinggalkan Jejak ^^. Post Youre Coment