BigBang Song

Lalala, My girl, BigBang is Vip, This Love (Gdragon), Last farawel, Lies, Haru Haru, My Heaven, With you, Gara gara Go, Beautivul Hangover, Lets me hear your Voice, Make love, Lollipop ft 2Ne1, Lollipop 2, Sunset glows, Hot Issue, Ora Yeah, Stay, Good Person, Tell me goog Bye, Hands Up, Always, Bringing youre love, Forever with you GDTOP ft BOM, Number 1, stylist, We Belong together, Dirty Clas, Tonight, Somebody To love, What is Right, Stupit Liar, Love song, Blue, Bad Boy, Love Dust, Ain't No Fun, Fantastic Baby, Wink's (Daesung), Ego, Feeling. "Taeyang" wedding Dress, Look Only At Me, I Need A Girl, Move ft Teddy, Prayer ft Teddy, Friend ft TOP, Where U at. "Gdragon" HeartBreker, Korean dreams, Shine a Light, She is Gone. "Seungri" What can i do, Strong Baby, VViP. "Daesung " Baby dont Cry, Try To lough. "GDTOP" High High, Oh Yeah, Baby Good Nigh, Jibe Gajima, Dancing on My Own ft Pixie Lott. Monster, Bingle Bingle, Still Alive

Sabtu, 31 Maret 2012

(Keperawatan) Pengkajian Sistem Pernapasan


PENGKAJIAN SISTEM PERNAPASAN


2.1  Pengkajian Sistem Pernapasan
2.1.1    Pengkajian Umum Sistem Pernapasan
Perawat yang memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan pernapasan melakukan dan menginterprestasi berbagai prosedur pengkajian. Proses pengkajian keperawatan harus dilakukan dengan sangat individual (sesuai masalah dan kebutuhan klien saat ini). Pada pengkajian awal perawat memilih komponen pemeriksaan yang sesuai dengan tingkat distress pernapasan yang dialami lien. Komponen pemeriksaan pulmonal harus mencakup tiga kategori distress pernapasan yaitu akut, sedang dan ringan.
Karena tubuh bergantung pada sistem pernapasan untuk dapat hidup, pengkajian pernapasan mengandung aspek penting dalam mengevaluasi kesehatan klien. Sistem pernapasan terutama berfungsi untuk mempertahankan pertukaran O2 dan CO2 dalam paru-paru dan jaringan serta untuk mengatur keseimbangan asam basa. Setiap perubahan dalam sistem ini akan mempengaruhi sistem tubuh lainnya. Pada penyakit pernapasan kronis, perubahan status pulmonal terjadi secara lambat, sehingga memungkinkan tubuh klien untuk beradaptasi terhadap hipoxia. Sedangkan pada perubahan pernapasan akut seperti pneumotoraks atau pneumonia aspirasi, hipoksia terjadi secara mendadak dan tubuh tidak mempunyai waktu untuk beradaptasi sehingga dapat menyebabkan kematian.

2.1.2    Riwayat Kesehatan
Riwayat kesehatan klien diawali dengan mengumpulkan informasi tentang data biografi, yaitu mencakup nama, usia, jenis kelamin, dan situasi kehidupan klien. Riwayat pernapasan mengandung informasi tentang kondisi klien saat ini dan masalah-masalah pernapasan sebelumnya. Mewawancarai klien dan keluarga dan fokuskan pada manifestasi klinik tentang keluhan utama, peristiwa yang mengarah pada kondisi saat ini, riwayat kesehatan terdahulu, riwayat keluarga, dan riwayat psikososial. Rincian dan waktu yang dibutuhkan untuk mengumpulkan riwayat pernapasan bergantung pada kondisi klien. Ucapkan pertanyaan dengan sederhana, ulang pertanyaan untuk memperjelas pertanyaan yang tidak dimengerti oleh klien.
Kumpulkan riwayat pernapasan yang lengkap sesuai dengan kondisi klien. Mengajukan pertanyaan secara detail akan memberikan petunjuk yang bermanfaat tentang: 1) Manifestasi gangguan pernapasan, 2) Tingkat disfungsi pernapasan, 3) Pengertian klien dan keluarga tentang kondisi dan penatalaksanaannya dan 4) Sistem pendukung dan kemampuan keluarga untuk mengatasi kondisi.

2.1.3    Gejala Saat Ini

KELUHAN UTAMA

Keluhan utama dikumpulkan untuk menetapkan prioritas intervensi keperawatan dan untuk mengkaji tingkat pemahaman klien tentang kondisi kesehatannya saat ini. Keluhan umum penyakit pernapasan mencakup dispnea, batuk, pembentukan sputum, hemoptisis, mengi, dan nyeri dada. Fokuskan pada manifestasi dan prioritaskan pertanyaan untuk mendapatkan suatu analisa gejala.
a.    Dispnea
Adalah kesulitan bernapas dan merupakan persepsi subjektif kesulitan bernapas, yang mencakup komponen fisiologis dan kognitif. Dispnea sering menjadi salah satu manifestasi klinis dialami klien dengan gangguan pulmonal dan jantung. Dispnea yang berkaitan dengan penyakit pernapasan terjadi akibat perubahan patologi yang meningkatkan tekanan jalan napas, penurunan komplians pulmonal, perubahan sistem vaskuler pulmonal, atau melemahnya otot-otot pernapasan.
Klien yang mengalami dispnea sebagai gejala utama biasanya mempunyai salah satu dari kondisi (1) penyakit kardiovaskuler (2) emboli pulmonal (3) penyakit paru intersitisial atau alveolar (4) penyakit paru obstrukstif (5) ansietas. Keadaan yang menyebabkan dispnea pasien harus ditentukan. Karenanya, penting artinya untuk menanyakan pasen:
Ø    Apakah ada batuk yang ditimbulkan?
Ø    Apakah dispnea berhubungan dengan gejala lain?
Ø    Apakah awitan sesak napas mendadak atau bertahap?
Ø    Kapan dispnea terjadi, siang atau malam hari?

b.    Batuk
Batuk adalah reflek protektif yang disebabkan oleh iritasi pada percabangan trakheobronkhial. Kemampuan untuk batuk merupakan mekanisme penting dalam membersihkan jalan napas bagian dalam. Signifikasi, adanya batuk dapat menunjukkan penyakit pulmonal yang serius. Yang juga sama pentingnya adalah tipe batuk. Batuk yang kering, iritatif menandakan infeksi saluran napas atas dengan asal virus Laringo trakeitis menyebabkan batuk dengan puncak bunyi kering? Hacking? Brassy? Mengi? Ringan? Berat? Waktu batuk dicatat. Batuk malam hari dapat menunjukkan awitan gagal jantung sebelah kiri atas asma bronchial. Batuk pada pagi hari dengan pembentukan sputum merupakan indikatif bronchitis. Batuk dengan awitan akhir berarti berasal dari proses infeksi akut.

c.    Pembentukan Sputum
Sputum secara konstans dikeluarkan ke atas menuju faring oleh silia paru. Sputum yang terdiri atas lendir, debius selular, mikroorganisme, darah, pus dan benda asing akan dikeluarkan dari paru-paru dengan membutuhkan atau membersihkan tenggorok.
Signifikansi, jumlah sputum purulen yang sangat banyak (kental dan kuning atau hijau) atau perubahan warna sputum kemungkinan menandakan infeksi bakteri. Sputum rusty menandakan adanya pneumonia bakterialis. Sputum mukoid encer seringkali merupakan akibat dari bronchitis virus. Tanyakan klien tentang warna sputum (jernih, kuning, hijau, kemerahan, atau mengandung darah), bau, kualitas (berair, berserabut, berbusa, kental), dan kuantitas (sendok the, sendok makan, cangkir). Tanyakan juga apakah sputum hanya dibentuk setelah klien berbaring dalam posisi tertentu.

d.    Hemoptisis
Hemoptisis adalah membatukkan darah, atau sputum bercampur darah. Sumber perdarahan data berasal dari jalan napas atas atau bawah atau berasal dari parenklin paru.
Penyebab yang paling umum adalah (1) infeksi pulmonal (2) karsinoma paru (3) abnormalitas pembuluh/ jantung (4) abnormalitas arteri atau vena, dan (5) emboli dan infark pumonal.
Klien biasanya menganggap hemoptisis sebagai indikator penyakit serius dan sering akan tampak gelisah, lakukan pengkajian tentang awitan, durasi, jumlah dan warna (misal Merah terang atau berbusa).

e.    Mengi
Bunyi mengi dihasilkan ketika udara mengalir melalu jalan napas yang sebagian tersumbat atau menyempit pada saat inspirasi dan ekspirasi. Mengi dapat terdengar hanya dengan menggunakan stetostkop. Minta klien mengidentifikasi kapan mengi terjadi dan aaah hilang dengan sendirinya atau dengan menggunakan obat-obatan seperti bronkhodilator. Tidak semua mengi mengacu pada asma. Mengi dapat disebabkan oleh odem mukosa, sekresi dalam jalan napas, kolaps jalan napas akibat kehilangan elastisitas jaringan, dan benda sing atau tumur yang sebagian menyumbat aliran udara.

f.     Nyeri Dada
Nyeri dada mungkin berkaitan dengan masalah pulmonal dan jantung, lakukan analisis gejala yang lengkap pada nyeri dada. Informasi tentang lokasi, durasi dan intensitas nyeri dada penting untuk dikumpulkan, dan akan memberikan petunjuk diri tentang penyebab. Nyeri dada dialami oleh banyak pasien dengan pnemonia, embolisme pulmonal dengan infark paru, dan pleuritis dan merupakan gejala lanjut karsinoma broncogenik. Pada karsinoma, nyeri mungkin pekak dan persisten karena kanker telah menyerang dinding dada, mediastinum atau tulang belakang. Dengan medikasi analgesik sangat efektif dalam meredakan nyeri dada tetapi harus hati-hati agar tidak menekan pusat pernapasan atau batuk produktif.

ANALISA DATA

Untuk mendapatkan riwayat sistem pernapasan yang sempurna penting sekali mengkaji karakteristik setiap manifestasi klinik yang tampak. Jika lien menggambarkan gejala pernapasan tertentu, kaji setting, waktu, persepsi klien, kualitas dan kuantitas sputum, lokasinya, faktor-faktor yang memperburuk dan yang meredakan serta manifestasi yang berkaitan.

2.1.4    Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Riwayat kesehatan masa lalu memberikan informasi tentang riwayat kesehatan klien dan anggota keluarganya. Kaji klien terhadap kondisi kronis manifestasi pernapasan, karena kondisi ini memberikan petunjuk tentang penyebab masalah baru. Tanyakan klien tentang perawatan di rumah sakit atau pengobatan masalah pernapasan sebelumnya. Dapatkan pula informasi tentang kapan penyakit terjadi atau waktu perawatan. Tanyakan apakah klien telah mengalami pemeriksaan rontgen dan kapan, dan apakah pemeriksaan diagnostik pulmonal dilakukan. Tanyakan klien adakah riwayat keluarga tentang penyakit pernapasan. Misal asma, kanker paru. Sebutkan usia dan penyebab kematian anggota keluarga. Tanyakan apakah ada anggota keluarga yang perokok, perokok pasif sering kali mengalami gejala pernapasan lebih buruk.

2.1.5    Riwayat Psikososial
Dapatkan informasi tentang aspek-aspek psikososial klien yang mencakup lingkungan pekerjaan, letak geografis, kebiasaan, pola olah raga, dan nutrisi. Identifikasi semua agen lingkungan yang mungkin mempengaruhi kondisi klien, lingkungan kerja dan hobi.
Tanyakan tentang kondisi kehidupan klien, seperti jumlah anggota keluarga yang tinggal serumah. Kaji terhadap bahaya lingkungan seperti sirkulasi udara yang buruk. Kumpulkan riwayat merokok, berapa banyak sehari dan sudah berapa lama. Merokok menunjukkan hubungan adanya penurunan fungsi siliapis paru-paru, meningkatkan pembentukan lendir dan terjadinya kanker paru. Tanyakan apakah toleransi terhadap aktivitas menurun atau tetap stabil. Minta klien untuk menggambarkan aktivitas khusus seperti berjalan, pekerjaan rumah yang ringan dan hal-hal yang menyebabkan sesak napas.
Mempertahankan dietr yang bergizi penting untuk klien dengan penyakit pernapasan kronik. Penyakit pernapasan kronik mengakibatkan penurunan kapasitas paru dan beban kerja lebih tinggi bagi paru dan sistem kardiovaskuler.

2.2  PENGKAJIAN FISIK
Pemeriksaan fisik dilakukan setelah pengumpulan riwayat kesehatan. Gunakan teknik inspeksi, palpasi, dan auskultasi.
2.2.1    Inspeksi
Pengkajian fisik dimulai sejak pengumpulan riwayat kesehatan saat Anda mengamati klien dan respons klien terhadap pertanyaan. Perhatikan manifestasi distress pernapasan saat ini. Posisi yang nyaman, takipnea, mengap-mengap, sianosis, mulut terbuka, cuping hidung mengembang, dispnea, warna kulit wajah dan bibir dan penggunaan otot-otot asesori pernapasan. Amati pola bicara, berapa banyak kata atau kalimat yang dapat diucapkan sebelum mengambil napas berikutnya. Perhatikan bau napas dan apakah ada sputum. Amati penampilan umum klien, frekuensi serta pola pernapasan, dan konfigurasi torax. Pada pola pernapasan mengamati kedalaman dan frekuensi pernapasan. Frekuensi pernapasan pada orang dewasa normal, adalah 12-18 kali/ menit, kedalaman dan iramanya teratur. Peningkatan dalam frekuensi pernapasan disebut takipnea, peningkatan kedalaman pernapasan disebut hipepnea. Peningkatan baik dalam frekuensi maupun kedalaman dengan PCO2 rendah disebut sebagai hiperventilasi. Pada konfigurasi thorax normalnya, diameternya anteroposterior dalam proporsi terhadap diameter lateral adalah C:2. namun demikian terdapat empat deformitas utama dada yang berkaitan dengan penyakit pernapasan: bartel chest (dada tong), fannel chest (pektus exavatum) pigeon chest (pektus karinatum) dan kifus koliosis.

2.2.2    Palpasi
Palpasi dilakukan dengan menggunakan tangan untuk meraba struktur di atas atau di bawah permukaan tubuh. Dada dipalpasi untuk mengevaluasi kulit dan dinding dada. Palpasi dilakukan terhadap nyeri tekan, massa, lesi, ekskursi pernapasan, dan fremitus vokalis. Palpasi langsung dilakukan dengan ujung jari (untuk lesi kulit dan massa subkutan) atau dengan kepalan tangan. Perlahan letakkan ibu jari tangan yang akan mempalpasi pada satu sisi trachea dan jari-jari lainnya pada sisi sebelahnya. Trachea biasanya agak mudah digerakkan dan dengan cepat kembali ke posisi garis tengah setelah digeser. Palpasi dinding dada menggunakan bagian tumit atau ulnar tangan. Palpasi dibarengi dengan inspeksi, terutama efektif dalam mengkaji apakah gerakan, atau ekskursi toraks selama inspirasi dan ekspirasi, amplitudonya simetris atau sama. Selama palpasi kaji adanya udara dalam jaringan subkutan, nyeri tekan dinding dada, tonus otot, odem, fremitus traktil, atau vibrasi gerakan udara melalui dinding dada ketika klien sedang bicara. Palpasi dinding dada posterior saat klien mengucapkan kata-kata yang menghasilkan vibrasi yang relatif keras (misal tujuh-tujuh). Vibrasi terkuat teraba di atas area yang terdapat konsolidasi paru (misal pneumonia). Penurunan fremitus taktil biasanya berkaitan dengan abnormalitas yang menggerakkan paru lebih jauh dari dinding dada, seperti efusi plural dan pneumotoraks.
Temuan: pengertian tentang sifat fisik transmisi suara melalui paru-paru dapat membantu dalam menginterprestasi temuan. Udara bukan penghantar bunyi yang baik, namun benda padat adalah enghantar yang baik. Karena jaringan mempunyai elastisitas dan tidak menggumpal menjadi nassa nonresonan. Dengan demikian, peningkatan jaringan padat per unit volume paru akan meredamkan bunyi. Pasien dengan konsolidasi lobus paru akibat pneumonia akan mengalami peningkatan taktil tremitus di atas lobus tersebut.

2.2.3    Perkusi
Perkusi adalah teknik pengkajian yang menghasilkan bunyi dengan mengetik dinding dada dengan tangan. Perkusi menentukan dinding dada dan struktur di bawahnya dalam gerakan, menghasilkan vibrasi taktil dan dapat terdengar. Pemeriksaan menggunakan perkusi untuk menentukan apakah jaringan di bawahnya terisi oleh udara, cairan, atau bahan padat atau tidak. Pengetukan dinding dada antara iga menghasilkan berbagai bunyi yang digambarkan sesuai dengan sifat akustiknya-resonan, hiperesonan, pekak, datar, dan timpanik. Perkusi biasanya dimulai dengan toraks posterior pasien dalam posisi duduk dengan kepala fleksi ke depan dan lengan disilangkan di atas pangkuan. Posisi ini aan memisahkan scapula dengan lebar dan memajan area paru lebih luas untuk pengkajian. Perkusi kedua bagian atas bahu, temukan letak seluas 5 cm bunyi resonan di atas kedua apeks paru lanjutkan ke bawah toraks posterior, memperkuat area simetrik pada intervals sampai 6 cm. Jari tengah diposisikan sejajar dengan iga-iga dalam spasium interkosis, jari-jari diletakkan dengan kuat di atas dinding dada sebelum mengetuknya dengan jari tengah dari tangan satunya, perkusi di atas permukaan scapula atau iga akan mengeluarkan suara pekak.
Perkusi di atas dada anterior dilakukan dengan pasien dalam posisi berdiri tegak dengan bahu ditarik ke belakang dan lengan disisi. Pemeriksa memulai perkusi pada area supraklavikular dan dilanjutkan ke arah bawah, dari spasium intercosta ke spasium intercosta. Pada pasien wanita mungkin ada baiknya untuk menggeser letak payudara sehingga dapat dilakukan pemeriksaan yang menyeluruh. Torak anterior dan posterior diperiksa pada posisi telentang. Jika pasien tidak mampu untuk duduk tegak, perkusi toraks posterior dilakukan pada pasien dengan posisi miring.
Temuan: Ekskurasi maksimal diafragma dapat sebesar 8 sampai 10 cm (3 sampai 4 inci) pada anak muda yang sehat dan tinggi. Untuk kebanyakan orang, ekskurasi maksimal diafragma biasanya 5 sampai 7 cm (2 sampai 2,75 inci). Normalnya diafragma 2 cm lebih tinggi di sebelah tinggi di sebelah kanan dibanding sebelah kiri karena posisi jantung dan hepar di atas dan di bawah segmen kiri dan kanan diafragma secara berurutan. Peningkatan dalam tekanan intra abdomen, seperti yang terjadi pada kehamilan atau asites, dapat menyebabkan letak diafragma menjadi tinggi dalam toraks.

2.2.4    Auskultasi
Auskultasi adalah mendengarkan bunyi dengan menggunakan stetoskop yang sangat berguna dalam mengkaji aliran udara melalui pohon bronchial dan dalam mengevaluasi adanya cairan atau obstruksi padat dalam struktur paru. Auskultasi untuk menentukan kondisi paru-paru, pemeriksa mengauskultasi bunyi nafas normal, bunyi nafas tambahan dan bunyi suara.
Prosedur auskultasi meliputi pemeriksaan yang menyeluruh mencakup auskultasi toraks anterior, posterior, pasterior dan lateral. Auskultasi dilakukan sebagai berikut : Bagian diafragma stetoskop diletakkan dengan kuat menekan dinding dada ketika pasien bernafas perlahan, sedang sampai nafas dalam melalui mulut. Bagian  dada  yang berhubungan diausklutasi dengan cara sistematis dari apeks ke bagian dasar dan sepanjang garis midaksila. Urutan auskultasi dan posisi pasien adalah sama dengan pemeriksaan perkusi. Penting artinya untuk mendengarkan dua kali inspirasi dan ekspirasi penuh pada kedua lokasi anatomi untuk memastikan intreprestasi valid dari bunyi yang didengar. Nafas dalam berulang dapat mengakibatkan gejala hiperventilasi. (Misalnya kepala terasa melayang) dan dapat dihindari dengan meminta pasien istirahat dan bernafas dengan normal satu atau dua kali selama pemeriksaan. Umumnya bunyi nafas tidak terdengar pada lobus kiri atas, intensitas dan karakter bunyi nafas harus mendekati simetris bila dibanding pada kedua paru.

·     Bunyi nafas
Bunyi nafas normal diadakan oleh letaknya di atas area spesifik paru dan diidentifikasi sebagai bunyi nafas vesikuler, bronchial dan bronkovesikuler.
Bunyi vesikuler terdengar sebagai bunyi yang tenang, dengan nada rendah yang mempunyai fase inspirasi panjang dan fase inspirasi yang sangat singkat. Bunyi ini normalnya terdengar di seluruh bidang paru, kecuali di atas stermun atas dan antara scapula.
Bunyi bronchial biasanya terdengar lebih keras dan dengan nada yang lebih tinggi dibanding bunyi vesikuler. Dalam perbandingan, fase ekspirasi lebih panjang dibanding fase inspirasi. Bunyi bronchial terdengar di atas trakea.
Bunyi bronkovesikuler terdengar di tas area bronkus besar, secara spesifik bunyi ini dapat didengar antara scapula dan pada kedua sisi sternum. Bunyi nafas bronkovesikuler mempunyai puncak sedang, fase inspirasi dan ekspirasi adalah sama.
Sering ditemukan bunyi bronchial dan branko vesikuler yang terdengar di segala tempat dan paru-paru menandakan keadaan patologis, biasanya menunjukkan area yang mengalami konsolidasi  paru-paru menandakan keadaan patologis, biasanya menunjukkan area yang mengalami konsolidasi paru-paru (pnemonia) dan membutuhkan evaluasi lebih lanjut.
Kualitas dan rutinitas bunyi nafas ditentukan selama auskultasi jika aliran udara menurun akibat atelektasis atau efusi pleural atau obesitas memisahkan saluran udara dari stetoskop, maka bunyi nafas tidak terdengar. Contoh pada pasien eufisema bunyi nafas samar dan  sering sama sekali tidak terdengar. Jika terdengar, fase ekspiratori memanjang dan mungkin menunjukkan rutonasui bersiul dengan puncak suara yang tinggi. Bunyi yang sama terdengar pada penderita asma dan pada proses yang berkaitan dengan bronkokonstriksi jelas.

·     Bunyi Adventisius
Bunyi adventisius merupakan perubahan dalam bunyi nafas yang mungkin menandakan keadaan patologis termasuk penurunan atau tidak terdengar bunyi nafas, peningkatan bunyi nafas dan bunyi nafas saling mendahului yang diakibatkan adanya kondisi abnormal yang mempengaruhi pohon bronchial dan alveoli dapat menghasilkan bunyi tambahan.
Peningkatan bunyi nafas terdengar bila kondisi seperti alekteis dan pnemonia meningkatkan ketebalan jaringan paru. Penurunan bunyi nafas terjadi bila transmisi gelombang bunyi termasuk hiperinflasi paru, udara dan cairan dalam rongga pleural, nafas lambat, peningkatan ketebalan dinding dada. Bunyi nafas tambahan disebabkan oleh kondisi petologis yang menyebabkan berlebihan lendir, inflamasi jaringan, spasma bronkus, obstruksi jalan nafas.
Bunyi tambahan dibagi menjadi 2 kategori diskret, yaitu bunyi tidak kontinue (Krekels) dan berirama kontinue (mengi).
Krekels (sebelumnya disebut rales) adalah bunyi halus dengan puncak tinggi, discontinue letupan yang terjadi selama inspirasi. Bunyi tersebut dihitung dalam hubungannya dengan inspirasi. Krekels terjadi sekunder terhadap adanya cairan dalam jalan nafas atau aluroli. Krekels halus biasanya terdengar pada akhir inspirasi dan berasal dari alveoli, terdapat pada pasien dengan penmonia interstisial atau fibrosis. Bunyi itu dapat dibuat lagi dengan menggosokkan benang pada telinga seseorang. Krekels besar terdengar parau dan basah dan bunyi ini dihasilkan pada bronki besar dan dapat terdengar pada awal sampai mid inspirasi. Krekels dapat dihilangkan dengan batuk tapi mungkin juga tidak. Krekels mencerminkan inflamasi yang mendasari pada sering timbul pada kondisi seperti pnemonia, bronchitis, gagal jantung kongestif, bronkeletasis, dan fibrosus pulmonal.
Mengi sonor (yang sebelumnya disebut ronki) adalah bunyi gaduh yang mendalam dengan puncak bunyi yang rendah yang terdengar terutama selama ekspresi dan disebabkan oleh gerakan udara melewati jalan nafas trakebronkial yang menyempit. Penyempitan adalah bunyi seperti bersiul, kontinue, berirama dengan puncak yang tinggi  yang terdengar selama inspirasi dan ekpirasi yang disebabkan penyempitan bronkolus dan berkaitan dengan bronkopasma, asma dan penumpukan sekresi. Mengi dapat dihilangkan dengan dibatukkan. Mengi biasanya terdengar pada pasien asma, bronchitis kronis dan brokiektasis.
Friction rub terjadi akibat inflamasi permukaan pleural yang mengakibatkan bunyi krekling, grating yang biasanya terdengar baik selama inspirasi atau ekspirasi. Bunyi terdengar cukup jelas dan dapat ditingkatkan dengan memberikan tekanan pada dinding dada menggunakan bagian kepala stetoskop. Bunyi dapat ditirukan dengan menggesekkan ibu jari dan jari telunjuk di dekat telinga. Bunyi grating dari friction rub tidak dapat dirubah dengan membatukkan. Jika terdengar secara inspirasi, sulit dibedakan dengan krekels, yang mungkin terdengar multipel yang terlalu sering sehingga yang diduga adalah krekels. Friction rub terdengar sangat baik pada permukaan anterior latebal bawah toraks.

·     Bunyi Suara
Bunyi suara merupakan bunyi yang terdengar melalui stetoskop ketika pasien berbicara. Vibrasi yang dihasilkan laring ditransmisikan ke dinding dada ketika vibrasi tersebut melewati bronki dan jaringan olveolar. Bunyi suara dapat dikaji dengan meminta pasien mengulangi  kata “tujuh puluh tujuh” atau “eee” sementara pemeriksa mendengarkan dengan stetoskop pada area dada yang berhubungan dari apeks ke bagian basal.
Bronkofoni menggambarkan resonan vokal yang lebih mendalam dan lebih jelas dibanding bunyi normal. Egofani menggambarkan bunyi suara yang mengalami penyimpangan. Bunyi ini akan terdengar baik dengan meminta pasien mengulangi bunyi huruf e. penyimpangan yang dihasilkan oleh konsolidasi membentuk bunyi menjadi lebih jelas terdengar “a” daripada “e”.
Sering ditemukan bronkofoni dan egofoni mempunyai signifikan yang hampir sama sebagai pernafasan bronchial dengan peningkatan dalam fremitas taksil. Jika abnormalitas terdeteksi harus dibuktikan dengan lebih dari satu metode pengkajian. Perubahan taktil fremitus terdengar sangat halus dan data terlewatkan, tetapi pernafasan bronkial dan bronkofoni dapat ditemukan dengan lebih keras dan jelas.
Pektoriloqu bisikan adalah temuan yang sangat halus, terdengar hanya pada adanya konsolidasi yang lebih tebal pada paru-paru. Keadaan ini tidak tampak pada fisiologi normal. Signifikan ini sama seperti pada bronkofoni.

2.3  Pengkajian Diagnostik Pada Sistem Pernafasan
Pemeriksaan kultur dan biopsy adalah prosedur yang paling sering di gunakan dalam menegakkan diagnosis gangguan saluran pernafasan atas kultur. Kultur tenggorok dapat dilakukan untuk mengidentifikasi organisme yang menyebabkan aringitis. Selain itu tenggorok juga dapat membantu dalam mengindetifikasi organisme yang menyebabkan infeksi pada saluran pernafasan bawah.
Biopsi prosedur biopsy mencakup tindakan mengeksisi sejumlah hasil jaringan tubuh. Dilakukan untuk memungkinkan pemeriksaan sel-sel dari faring, laring dan rongga hidung. Dalam tindakan ini pasien mungkin saja mendapat anestesi lokal, topical / umum tergantung pada tempat prosedur dilakukan.
Pemeriksaan diagnostik pada saluran pernafasan bawah sedikit lebih banyak dan lebih rumit dibandingkan pemeriksaan diagnostik saluran pernafasan atas untuk pemeriksaan diagnostik. Saluran pernafasan bawah akan dijelaskan dalam suatu kerangka tentang apa yang akan dilakukan dan gambaran hasil yang didapatkan di dalamnya mencakup pengkajian diagnostik status fungsional, anatomi dan spesium.

2.3.1    Pemeriksaan Radiologi Toraks dan Paru-Paru
Pemeriksaan radiology memberikan informasi mengenai :
1.    Status sangkar iga, termasuk tulang rusuk, pleura dan kontur diafragma dan jalan nafas atas
2.    Ukuran, kontar dan posisi mediastinum dan hilus paru, termasuk jantung, arota, modus limfe, dan percabangan bronchial.
3.    Tekstur dan tingkat penyebaran udara dari parenkim, paru
4.    Ukuran, bentuk, jumlah dan lokasi lesi pulmonal termasuk kavitasi, area fibrosis dan daerah konsolidasi.
Pemeriksaan ronsen / radilogi dada diindikasikan untuk :
1.    Mendeteksi perubahan paru yang disebabkan oleh protes patologis seperti tumor, inflamasi, fraktur, akumulasi cairan/ udara
2.    Menentukan terapi yang sesuai
3.    Mengevaluasi kesangkilan pengobatan
4.    Menetapkan posisi selang dan kateter
5.    Memberikan gambaran tentang suatu proses progesif dari penyakit paru.

Pemajanan standar untuk pemeriksaan ronsen adalah :
1.    Posterior – anterior (PA) – Sinar X – menjalar  melalui punggung ke bagian depan tubuh
2.    Lateral – sinar X menembus bagian samping tubuh (biasanya sebelah kiri)

Selain pemeriksaan standar mungkin diperlukan juga pemajanan spesifik untuk melihat bagian-bagian spesifik dada.
Pemajanan tersebut termasuk :
1.    Oblique – film sinar X diarahkan miring dengan sudut spesifik
2.    Lordotis – film sinar x dimiringkan dengan sudut 45oC dari bawah untuk melihat kedua apeks paru
3.    Dekubitus – film sinar  x diambil dengan posisi pasien berbaring miring (kiri / kanan) untuk memperlihatkan cairan bebas dalam dada.

Prosedur :
Pemeriksaan ronsen dada dilakukan dengan posisi berdiri / duduk tegak menghadap film sinar x. hantaran gelombang sinar x ditembuskan dari posterior (posisi PA). Radiografi biasanya diambil saat inspirasi penuh, yang menyebabkan diafragma bergerak ke arah bawah. Radiografi yang diambil saat ekspirasi kadang dilakukan untuk mengetahui tingkat gerakan diafragma / untuk membantu dalam pengkajian dan diagnosa pneumotoraks.

Perawatan Pra Prosedur
Jelaskan pada klien tentang pemeriksaan ini pemeriksaan ini tidak menimbulkan nyeri dan pemajanan pada radiasi adalah minila. Klien harus melepas semua perhiasan dan pakaian dalamnya mengenakan gaun. Kaji status kehamilan klien (untuk klien wanita), wanita hamil seharusnya tidak boleh terpajan pada radiasi.

2.3.2    Pemeriksaan Ultrasonografi
Dalam pemeriksaan ini terjadi emisi dan penetrasi gelombang suara berfrekuensi tinggi. Pemeriksaan ini relatif tidak membahayakan. Ultrasonografi toraks dapat memberikan informasi tentang efusi pleura / opasitas dalam paru.

2.3.3    Computed Tomograph (CT)
CT digunakan untuk mengidentifikasi masa dan perpindahan struktur yang disebabkan oleh neoplasma, kista, lesi inflamasi fokal dan abses. CT scan dapat dilakukan dengan cepat dalam 20 menit. Klien dipuasakan dan jelaskan bahwa pemeriksaan ini sering membutuhkan media kontras. Karena media kontras biasanya mengandung yodium (juga disebut zat warna), tanyakan klien apakah ia mempunyai alergi terhadap yodium, zat warna / kerang, ingatkan agar klien tidak bergerak selama prosedur.

2.3.4    Pemeriksaan Fluoroskopi
Fluoskopi tidak digunakan secara rutin, namun hanya pad keadaan di mana dibutuhkan pengamatan toraks kontinue. Pemeriksaan ini memungkinkan untuk mengamati dada dan struktur intratoraks selain itu juga digunakan untuk :
1.    Mengamati diafragma saat insiprasi dan eksposisi
2.    Mendeteksi gerakan mediastrial selama nafas dalam
3.    Mengkaji jantung, pembuluh darah dan struktur yang berkaitan
4.    Mengindentisikasi abnormalitas esophagus
5.    Mendeteksi masa mediastinal
Pemeriksaan ini membutuhkan waktu 30 sampai 45 menit
 
2.3.5    Pemeriksaan Angiografi Pulmonal
Pemeriksaan ini digunakan untuk mendeteksi embolisme pulmonal dan berbagai lesi congenital dan didapat pada pembuluh pulmonal. Sebelumnya pasien mendapat suntikan bahan radiopaque melalui kateter ke dalam vena sistemik, bilik kanan jantung, arteri pulmonal. Angiografi pulmonal mungkin dilakukan untuk mendeteksi :
1.    Abnormalitas congenital percabangan vascular pulmonal
2.    Abnormalitas sirkulasi vena pulmonal
3.    Penyakit sirkulasi vena pulmonal
4.    Efek destruktif dari efimisme
5.    Keuntungan potensial reseksi untuk karsinoma bronchogenik
6.    Lesi pulmonal perifer
7.    Luasnya trombo embolisme dalam paru-paru.

Prosedur :
Media kontras disuntikkan ke dalam sistem vascular melalui kateter indwelling selama angiografi pulmonal, kateter dimasukkan baik melalui perifer / langsung ke dalam arteri pulmonalis besar dan salah satu cabangnya.

Perawatan  praprosedur
Jelaskan klien tentang prosedur ini dan mengapa harus ada ijin tertulis dari klien. Pemeriksaan ini sedikit menimbulkan nyeri dan pemajanan terhadap radiasi minimal.

2.4  Pengkajian Kemampuan Bernafas
Uji kemampuan bernafaskan dengan mengukur frekuensi pernafasan, volume tidal ventilasi satu menit, kapasitas vital, inspirasi kuat dan kompliens uji sangat penting bagi pasien yang beresiko mengalami komplikasi pulmonal termasuk mereka yang harus menjalani operasi dada atau abdomen harus menjalani anastesia yang lm mempunyai penyakit pulmonaria / lansia. Pasien yang ekspansi dadanya terbatas karena restrik aksternal seperti obesitas, distensi abdomen di mereka yang tidak mampu untuk nafas karena pasca operatif atau seddsi akan menghirup dan menghembuskan volume udara yang kecil disebut lumedital rendah. Ventilasi pada volume tidal rendah tanpa inflasi nafas panjang dapat menghasilkan kola alveoiar atau atelektasis.
1.    Frekuensi pernafasan
Orang dewasa normal yang cukup istirahat bernafas 12 sampai 18 menit / menit kecuali nafas panjang sesekali, pernafasan teratur.
-      Bradipne / pernafasan lambat, berkaitan dengan penurunan tekanan introkanial, otak, takar lajak otak.
-      Takipned / pernafasan cepat nampak pada pasien prenumonia, edema pulmonal, asidosis metabolic, septicemia, nyeri hebat, fraktur iga
2.    Volume tidal
Volume pada setiap nafas disebut volume tidal.
Instrumen yang umumnya digunakan untuk mengukur volume tersebut di tempat tidur adalah spirometer wright. Jika pasien bernafas melalui selang endotrakial atau trakeostomi, spirometer langsung diletakkan pada selang tersebut dan volume yang dihembuskan didapatkan hasil dari alat ukur. Volume tidal normal kira 0 sampai 10 ml kg berat badan
3.    Ventilasi satu menit
Volume tidal dan frekuensi pernafasan sangat penting keduanya menentukan ventilasi satu menit, yang berguna dalam mendeteksi gagal pernafasan. Ventilasi satu menit (VE) adalah volume udara yang dihembuskan per menit. Volume sebanding dengan hasil volume tidal (VT) kecepatan pernafasan atau frekuensi F berdasarkan dengan rumus sebagai :
VE = VT x F
Dalam prakteknya ventilasi satu menit tidak dihitung tetapi diukur langsung menggunakan spirometer ventilasi satu menit mungkin diturunkan oleh berbagai kondisi  yang menghasilkan efek berikut :
-      Pembatasan impus neurologis yang ditransmisikan otak ke otot-otot pernafasan seperti trauma medulla spinalis, stroke, tumor
-      Penekanan pusat pernafasan pada medulla, seperti anesthesia dan takar idjuk obat
-      Pembatasan gerakan toraks, perbatasan gerak paru (efusi pleuran pneumatoraks) mengurang jaringan paru fungsional (penyakit pulmonal kronis, edemia pulmonal berat.
4.    Kapasitas vital
Kapasitas vital diukur dengan meminta pasien bernafas maksimal dan menghembuskan dengan penuh melalui pirometer. Nilai normal tergantung pada usia, jenis kelamin, bentuk tubuh dan berat badan.
Sebagian besar pasien dapat menimbulkan kapasitas vital dua kali volume yang biasanya mereka hirup dan hembuskan (Volumetidal). Jika kapasitas vital kurang dari 10 ml per kg berat badan, pasien tidak mampu mempertahankan ventilasi spontan akan dibutuhkan pernafasan bantuan.
5.    Insiprasi Kuat
Inspirasi kuat tidak membutuhkan kerja sama pasien dan karenanya berguna pada pasien yang tidak sadar, peralatan yang digunakan :
1.    Manometer yang mengukur tekanan negatif
2.    Adapter yang disambungkan pada masker anestesi atau cuff selang endrotrakeal

2.4.1    Fungsi Pernafasan Jalan Nafas Atas
a.    Hidung dan Sinus
-      Pemeriksaan hidung dan sinus dengan palpasi dan inspeksi
-      Untuk pemeriksaan cukup dengan cahaya yang sederhana akan tetapi untuk pemeriksaan yang lebih menyeluruh, memerlukan speculum hidung
-      Hidung eksternal diinpeksi terhadap lesi, asimetri dan inflamasi
Caranya :
1.      Pasien diinstruksikan mendongakkan kepala ke belakang
2.      Pemeriksa dengan perlahan mendorong ujung hidung ke atas untuk memeriksa struktur internal hidung
3.      Mukosa diinspeksi terhadap warna, pembengkakan, eksudat, ataupun perdarahan 
-      Septum diinspeksi terhadap deviasi, perforasi atau perdarahan
-      Sinus frontalis dan maksilaris dipalpasi terhadap nyeri tekan. Palpasi menggunakan ibu jari dengan menekan gerakan ke atas pada tepi sinus frontalis dan pada area yang berbatasan dengan hidung (sinus maksilaris)
b.    Faring
Caranya :
Pasien diinstruksikan untuk membuka mulut lebar-lebar dan nafas dalam lalu inspeksi lidah, tousil, uvula dan faring posterior. Struktur ini diinspeki warna, kesimetrisan, ulserasi, pembengkakan.
c.    Trakhea
-      Pemeriksaan trachea ini dengan palpasi
-      Caranya : Tempatkan ibu jari dan jari telunjuk dari satu tangan pad kedua sisi trakea tepat di atas takik terneem
-      Trakea agak sedikit sensitif dan bila dipalpasi terlalu kuat dapat menimbulkan reflek batuk atau muntah
-      Trakea pada normalnya berada di tengah

2.4.2    Fungsi Pernafasan
2.4.2.1              Uji Fungsi Pulmonal
Uji fungsi pulmonal dilakukan untuk mengukur volume paru, mekanisme paru dan kemampuan difusi paru. Uji fungsi ini digunakan untuk :
1)   Skrining penyakit pulmonal
2)   Evaluasi preoperative
3)   Mengevaluasi kondisi untuk melakukan penyapihan dari ventilator
4)   Pemeriksaan fisiologi pulmonal
5)   Mendokumentasikan kemajuan penyakit pulmonal atau efek terapi
6)   Meneliti efek latihan pada fisiologi pernafasan
Uji fungsi pulmonal ini dengan menggunakan spirometer yang mempunyai alat pengumpul volume yang dilekatkan pada alat perekan yang menunjukkan volume dan waktu secara bersamaan. Selain itu bisa juga dengan transmitter data

2.4.2.2              Pemeriksaan Gas Darah Arteri
Pemeriksaan ini mengkaji tingkat di mana paru-paru  mampu untuk memberikan O2 yang kuat dan membuang CO2 serta tingkat di mana ginjal mampu untuk menyerap kembali atau mengekspresikan ion-ion bikarbonat untuk mempertahankan PH darah normal.
Gas darah arteri didapatkan melalui pompa arteri pada arteri radilis, brankialis atau femoralis dengan melalui kateter arteri indwelling.

2.4.2.3              Oksimeter Nadi
Yaitu metode pemantauan secara kontinue terhadap saturasi oksigen hemoglobin (SaO2). Oksimetri ini sangat efektif untuk memantau pasien terhadap perubahan mendadak atau perubahan kecil saturasi oksigen.
Pemeriksaan ini menggunakan alat sensor (probe) yang dilekatkan pada ujung jari, dahi, daun telinga atau tulang hidung. Nilai norma SaO2 adalah 95% - 100%. Di bawah 85% menandakan bahwa jaringan tidak mendapat cukup O2 dan pasien membutuhkan evaluasi lebih lanjut. 

2.5  Prosedur Endoskopi
2.5.1    Bronkoskopi
Bronkoskopi ialah inspeki dan pemeriksaan langsung terhadap laring trakea, dan bronki baik melalui bronkoskop serat optik yang fleksibel atau bronkoskop yang scope serat optik.
Tujuan bronkokopi dignostik :
1)   Untuk memeriksa jaring atau mengumpulkan sekresi
2)   Untuk menentukan lokasi dan keluasan proses patologi
3)   Untuk menentukan apakah suatu tumor dapat diveseksi atau tidak melalui tindakan bedah
4)   Untuk mendiagnosa tempat perdarahan


Bronkoskopi terapeutik digunakan untuk :
1)   Mengangkat benda asing dari bahan trakeobronkial
2)   Mengangkat sekresi yang menyumbat trakeobronkial
3)   Memberikan pengobatan pasca operatif dalam atelektasis
4)   Menghancurkan dan mengeksisi lesi
Pemeriksaan Bronkoskopi ini dilakukan dengan memasukkan bronkokopi ke dalam trakea dan bronchi. Bronkoskopi serat optik adalah broncoskop yang tipis dan fleksibel yang dapat diarahkan ke dalam bronki segmental. Sedangkan bronkoskop kaku adalah selang logam berongga dengan cahaya pada ujungnya. Bronkoskop pada jenis ini digunakan terutama untuk mengangkat benda asing.

2.5.2    Torakoskopi
Torakoskopi ialah prosedur diagnostik di mana evitas pleural diperiksa dengan suatu endoskop. Torakoskopi itu terutama diindikasikan pada evaluasi diagnostik efusi pleural, penyakit pleural dan penangkapan tumor.

2.6  Pemeriksaan Sputum
Pemeriksaan sputum biasanya diperlukan jika diduga adanya penyakit paru. Perhatikan dan catat volume, konsistensi, warna dan bau sputum.
Pemeriksaan sputum mencakup :
1)   Pewarnaan Gram, memberikan informasi tentang organisme yang cukup untuk menegakkan diagnosa presumatif
2)   Kultur sputum, mengidentifikasikan organisme spesifik untuk menegakkan diagnosa definitive
3)   Sensitivitas, berfungsi sebagai pedoman terapi antibiotik dengan mengindetifikasi antibiotik yang mencegah pertumbuhan organisme yang terdapat dalam sputum
4)   Basil Tahan Asam (BTA), menentukan adanya mikrobkterium tuberkolosis
5)   Sitologi, membantu mengindetifikasi karsinoma paru
6)    Kuantitatif, pengumpulan sputum selama 24 jam – 72 jam
Pengumpulan Sputum :
1)     Klien yang kesulitan dalam pembentukan sputum atau mereka yang sangat banyak membentuk sputum dapat mengalami dehidrasi
2)     Kumpulkan sputum sebelum makan
3)     Instruksikan sputum sebelum makan
4)     Instruksikan klien untuk berkumur sebelum mengumpulkan spesimen untuk mengurangi kontaminasi sputum

2.7  Torasentesis
Torasintesis ialah pemasukan jarum ke dalam spasium pleural. Indikasinya:
1.    Pengangkatan cairan pleural untuk tujuan diagnostik
-      Pemeriksaan untuk mengetahui berat jenis, jumlah sel darah putih, hitung banding sel, jumlah darah merah, konsentrasi protein dan amilase.

2.8  Blopsi Pleura
Biopsi pleural dapat dilakukan melalui insisi torakotomi kecil secara bedah atau selama torasintesis menggunakan jarum cope. Biopsy jarum berguna untuk menentukan efusi pleural.
Persiapan dan posisi klien untuk biopsy pleural serupa dengan persiapan dan posisi torasintesis. Pemeriksaan ini menimbulkan nyeri dan klien harus dim tak bergerak. Pemeriksaan ini membutuhkan eaktu 15 – 30 menit.

2.9  Prosedur Diagnostik Radiostop (Pemindaian Paru)
2.9.1    Pemindaian Paru Perfusi
Dilakukan dengan menyuntikkan agen radioaktif ke dalam vena perifer kemudian dada, tubuh lainnya dipindai untuk mendeteksi radiasi. Prosedur ini digunakan untuk melacak dan mengukur perfusi melalui paru dan digunakan untuk mengukur integritas pembuluh pulmonal relatif terhadap aliran darah dan untuk mengevaluasi abnormalitas aliran darah.
Pada waktu pemeriksaan, pasien instruksikan untuk berbaring di bawah kamera pencitraan 20 – 40 menit dengan memakai masker yang menutupi hidung dan mulut. Selama pemeriksaan pasien tidak boleh bergerak.

2.9.2    Pemindaian  Ventilasi
Pemindaian ini dilakukan telah pemindaian perfusi. Pasien melakukan nafas dalam untuk menghirup oksigen dan gas radioaktif (xenon, krypton) yang berdifusi ke seluruh paru.
Prosedur ini mungkin bermanfaat untuk mendiagnosa bronchitis, asma, fibrosis inflamatori, pneumonia, emfis ema dan kanker paru.

2.9.3    Pemindaian Luhalasi
Dilakukan dengan menggunakan / memberikan droplet bahan radioaktif melalui ventilator tekanan positif. Pemindaian ini bermanfaat terutama dalam menvisualisasi trakea dan jalan nafas besar.

2.9.4    Pemindaian Gallium
Digunakan untuk mendeteksi kondisi-kondisi inflamatori, abcess, adesi dan keberadaan, ukuran tumor. Pemindaian ini digunakan untuk memberi tahapan kanker bronkogenik dan mencatat regresi tumor setelah kemoterapi atau radiasi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Selamat datang Di Blog Bigbang jangan lupa tinggalkan Jejak ^^. Post Youre Coment